Vets for a Better Life
Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies
Thursday, 25 April 2024
Peta NTB-2017-BPBD Prov NTB
Sumber: BPBD Prov NTB (2017)

Kembali Berstatus KLB, Korban Rabies Dompu di NTB Bertambah

Selasa, 12 November 2019

Dompu – Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies pernah membuat Kabupaten Dompu di NTB tahun 2019 menjadi sorotan nasional. Saat ini kasus gigitan anjing gila mencuat kembali di penghujung tahun ini. Dompu pun kembali ditetapkan sebagai daerah KLB rabies.

“Ya status ini masih tersandera di daerah kita bersama Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Bima,” ungkap Kadisnakeswan Dompu, Zainal Arifin, pada media ini di kantornya (4/11).

Selain itu, katanya Pulau Sumbawa juga dikenal dengan wabah rabies. “Sebenarnya kita bisa keluar dari zona atau status itu, asal kita serentak dan dikoordinir oleh pemerintah provinsi atau pusat. Sekarang kan masing-masing daerah bekerja dan berupaya sendiri-sendiri,” paparnya.

Dikatakannya, akibat gigitan anjing rabies tersebut sudah 13 orang warga Dompu meninggal dunia sepanjang 2019. “Korban-korban yang meninggal dunia itu, akibat tidak melakukan vaksin secara teratur. Bagi mereka yang digigit lama, tidak tahu bahwa itu virus rabies itu tetap menjalar sehingga pada saat masa klinisnya. Akhirnya tidak bisa tertolong lagi,” tegasnya.

Sementara itu, jumlah korban gigitan dikatakan Zainal, lebih dari se-ribuan orang. “Data yang kami pegang terdapat 1600-an orang,” tandasnya. Zainal memaparkan, saat ini intensitas gigitan hewan terutama anjing terus meningkat.

“Hampir setiap hari ada saja korban yang berjatuhan. Pada beberapa bulan terakhir terjadi peningkatan kejadian di Kecamatan Pekat dan Kilo. Hanya saja sampai hari ini belum ada laporan sampel yang positif,” jelasnya. Meningkatnya jumlah gigitan itu, katanya, dikarenakan sulitnya memburu hewan yang terjangkit virus mematikan tersebut untuk dilakukan vaksinasi.

“Untuk diketahui selain anjing, kucing dan monyet juga sudah terjangkit rabies. Tapi, sampai sekarang masih didominasi anjing liar,” terang Zainal. Menurutnya, pihaknya sudah berupaya maksimal dalam melakukan upaya pencegahan virus dan korban.

“Kita sudah melakukan berbagai upaya mulai dari sosialisasi, vaksinasi sampai eliminasi. Tapi jumlahnya terus bertambah dan korbannya semakin berjatuhan,” jelasnya.

Tidak hanya itu, dalam upaya bersama tersebut, pihaknya juga sering melakukan patroli dari ujung ke ujung. “Tim kami setiap hari melakukan patroli untuk wilayah Dompu, Pajo, Woja dan Hu’u. Sementara Manggelewa, Pekat dan Kilo, sekali seminggu,” bebernya.

Untuk itu, Zainal berharap, kepada masyarakat agar lebih waspada lagi dengan keberadaan anjing-anjing liar dan lebih peduli lagi sesama manusia. “Karena penyakit rabies ini terbilang penyakit luar biasa. Dan, siapa saja dan dimana saja bisa diserang hewan rabies ini,” ujarnya.

Lebih-lebih, dia mengimbau kepada para orang tua agar tidak membiarkan anaknya bermain sendirian. “Karena sasaran anjing ini kebanyakan anak-anak kecil yang sedang bermain sendiri,” jelasnya.

Hal senada pun disampaikan, Kepala Dinas Kesehatan Dompu Iris Juita Kastianti. Menurutnya, selain 13 orang yang meninggal dunia, terdapat ribuan orang korban gigitan hewan rabies. “Data kami per 9 November 2019, terdapat 1096 orang yang digigit,” ungkapnya.

Dikatakannya, dari ke-13 orang yang meninggal dunia itu. Enam orang dari Kecamatan Kempo, tiga Kecamatan Pekat, dua dari Kecamatan Manggelewa, satu dari Dompu Barat, satu dari Kecamatan Woja dan satu orang dari Kecamatan Hu’u. “Saat ini intensitasnya naik dan korban terus berjatuhan setiap hari,” bebernya.

Lebih lanjut wanita yang akrab disapa Umi Iri i menuturkan, kalau diklasifikasikan secara jenis kelamin. 1088 orang laki-laki dan 817 wanita,” jelasnya.

Sementara dari sisi umur yang kurang dari 15 tahun sebanyak 800 orang dan yang diatas 15 tahun sebanyak 1105 orang. “Meskipun didominasi umur 15 tahun keatas. Tapi, anak-anak kecil di bawah antara 10 tahun kebawah banyak yang jadi korban juga,“ katanya.

Sementara itu, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dikes Dompu, Rahmat SKM mengakui (6/10), pihaknya mengalami kekurang stok vaksin Anti Rabies (VAR). “Yang ada saat ini kurang dari 2000 vaksinasi. Vaksin ini, bersumber dari bantuan pusat sebanyak 1000 dan dibeli dari APBD-P tahun 2019 sebanyak 1000,” bebernya.

Lebih lanjut Rahmat mengatakan, berdasarkan kasus gigitan anjing di masing-masing Kecamatan di Kabupaten Dompu selama setahun, untuk Kecamatan Kempo 392 gigitan, Manggelewa 272 gigitan, Dompu Timur 136 gigitan, Dompu Kota 118 gigitan, Kecamatan Woja 221 gigitan, Kecamatan Kilo 70 gigitan, Kecamatan Hu’u 190 gigitan, Kecamatan Pajo 78 gigitan dan Kecamatan Pekat 422 gigitan.

“Saat ini terjadi peningkatan kasus gigitan di di Kecamatan Pekat dan Kilo, “ jelasnya. Rahmat menerangkan, untuk mengurangi korban gigitan hewan rabies terutama anjing. Perlu dilakukan sosialisasi secara terus menerus di masyarakat. Tujuannya, agar masyarakat waspada terhadap gigitan anjing.

“Tidak hanya sosialisasi, yang perlu juga dilakukan secara terus menerus adalah eliminasi anjing tidak bertuan,“ pungkasnya.

 

Sumber: Kumparan

Tinggalkan Balasan

Anda harus masuk log untuk mengirim sebuah komentar.

Kembali Berstatus KLB, Korban Rabies Dompu di NTB Bertambah

by Civas time to read: 3 min
0