Vets for a Better Life
Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies
Friday, 29 March 2024
bakteri

Resistensi Antimikroba Belum Terkendali

Rabu, 20 April 2016

Resistensi antimikroba di Indonesia terus terjadi. Sejauh ini pengendalian di sektor kesehatan masyarakat dan kesehatan hewan belum terintegrasi. Padahal, data surveilans pola resistensi kuman antar-pemangku kepentingan diperlukan sebagai dasar pengambilan kebijakan.

Menurut Penanggung Jawab Resistensi Antimikroba Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia Dewi Indriani, pada temu media “Strategi Kurangi Maraknya Bakteri Kebal Antibiotik”, di Jakarta, Selasa (19/4), resistensi antimikroba terjadi di setiap negara dan mengancam seluruh penduduk dunia.

Resistensi antibiotik terjadi di sektor kesehatan masyarakat dan kesehatan hewan. Karena itu, perlu upaya terintegrasi untuk mengendalikan resistensi antimikroba lewat pendekatan One Health, melibatkan pemangku kepentingan sektor lain, seperti ekonomi dan lingkungan.

Jika resistensi antimikroba tak dikendalikan, diperkirakan menyebabkan 10 juta kematian di dunia setiap tahun dan kehilangan produk domestik bruto 2 persen-3,5 persen pada 2050. Itu belum termasuk menurunnya produktivitas karena sakit dan ongkos pengobatan kian mahal. (Kompas, 23 Januari 2016)

Kepala Seksi Pengujian Produk Hewan Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian, Imron Suandy memaparkan, resistensi antibiotik di sektor peternakan marak akibat penggunaan berlebih antibiotik sebagai pendorong pertumbuhan hewan ternak. “Sekitar 98 persen bakteri yang diisolasi dari produk hewan, yakni daging ayam, resisten terhadap minimal satu antibiotik. Ini berisiko bagi konsumen.” ujarnya.

Menurut Imron, resistensi antimikroba sebenarnya merupakan fenomena alamiah. Namun, proses resistensi antimikroba itu terjadi lebih cepat karena pemakaian antibiotik tidak bijak.

Pengarah Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba, Kuntaman mengatakan, resistensi antibiotik di sektor kesehatan masyarakat umumnya terjadi karena penggunaan tidak tepat pada penyakit infeksi ringan atau penyakit akibat virus. Penyebab lain adalah pemakaian tidak rasional karena tidak ada sarana diagnostik dan penggunaan tidak tepat oleh masyarakat.

Karena resistensi antimikroba juga terjadi di sektor kesehatan hewan, pendekatan dalam pengendalian resistensi antimikroba harus lebih terintegrasi. Saling berbagi data, pola resistensi, dan strategi pengendalian adalah upaya yang bisa dilakukan antar-pemangku kepentingan.

 

Partisipasi warga

Menurut pendiri Yayasan Orang Tua Peduli, Purnamawati Sujud, pengetahuan masyarakat tentang resistensi antibiotik belum merata sehingga perlu diedukasi agar lebih bijak menggunakan antibiotik. Di sisi lain, dokter turut berkontribusi terhadap terjadinya resistensi antimikroba sehingga seharusnya tidak hanya meresepkan obat tanpa menjelaskan pada pasien.

“Semua pihak harus bekerja sama mengendalikan resistensi antimikroba,” ujarnya. Masyarakat bisa berperan mengendalikan resistensi antimikroba. Caranya dengan tidak mengonsumsi antibiotik saat terserang influenza, diare akut tanpa darah, campak, ataupun cacar.

Pada Pertemuan Menteri Kesehatan Asia Terkait Resistensi Antimikroba di Tokyo, Jepang, Sabtu (16/4), menteri kesehatan dari 12 negara Asia Pasifik membahas pendekatan One Health dalam menanggulangi resistensi antimikroba. Melalui pendekatan itu, selain sektor kesehatan, sektor pertanian dan lingkungan turut mengatasi kasus kuman kebal pada antimikroba.

Kegagalan atau keterlambatan mengangani resistensi antimikroba atau AMR dinilai berdampak bernilai negatif terhadap kesehatan, ekonomi, ketahanan pangan, dan tujuan pembangunan berkelanjutan.

Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek, menegaskan komitmen Indonesia mengendalikan AMR. Salah satunya dengan menerapkan program pengendalian resistensi antimikroba di 144 rumah sakit rujukan dan puskesmas di lima provinsi sebagai proyek percontohan.

Pada April ini, Pemerintah Indonesia mengkaji ulang program pengendalian resistensi antimikroba dan menyempurnakan rencana aksi nasional resistensi antimikroba. (ADH)

Sumber: Kompas 

Tinggalkan Balasan

Anda harus masuk log untuk mengirim sebuah komentar.

Resistensi Antimikroba Belum Terkendali

by Luthfi Elzacky time to read: 2 min
0