Vets for a Better Life
Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies
Tuesday, 19 March 2024
fgd

FGD Seri 2 Covid-19: Panggilan untuk Memulihkan Keseimbangan Manusia, Biodiversitas dan Lingkungan

Selasa, 10 Agustus 2021

Oleh: Nofita Nurbiyanti & Tri Satya Putri Naipospos

 

FGD

Bogor, Jawa Barat - Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies (CIVAS) telah menyelenggarakan dua kali Forum Group Discussion (FGD) dengan tema: “Covid-19: Panggilan untuk Memulihkan Keseimbangan Manusia, Biodiversitas dan Lingkungan”. FGD Seri 2 dengan subtema “Intervensi One Health dalam Menjaga Keseimbangan Hubungan Manusia, Biodiversitas dan Lingkungan untuk Mencegah Muncul dan Menyebarnya Pandemi Berikutnya” dilakukan secara daring dan luring di The Sahira Hotel, Jalan Ahmad Yani II Kota Bogor pada 7 Agustus 2021 jam 13.00-16.30 WIB. Sebanyak 14 orang peserta yang hadir dan berpartisipasi aktif dalam penyusunan issue brief yang memiliki afiliasi dari berbagai sektor diantaranya akademisi, asosiasi profesi, lembaga penelitian, lintas kementerian, non-government organization (NGO) dan pemerhati lainnya.

Untuk mencegah pandemi berikutnya, negara-negara harus segera mengintegrasikan keahlian dan kebijakan kesehatan manusia, hewan dan lingkungan — melalui pendekatan “One Health” untuk melindungi kita dan planet ini.

UNEP dan ILRI

Baca juga: Webinar dan FGD Seri 1 Covid-19: Panggilan untuk Memulihkan Keseimbangan Manusia, Biodiversitas dan Lingkungan.
Selain itu baca juga: Issue Brief Covid-19: Panggilan untuk Memulihkan Keseimbangan Manusia, Biodiversitas dan Lingkungan.

 

One Health, salah satu Pendekatan Mengatasi Pandemi dan Zoonosis yang Ditawarkan Dunia

Bukan suatu kebetulan bahwa percepatan frekuensi terjadinya pandemi abad ke-21 ini bertepatan dengan meningkatnya perubahan tata guna lahan yang belum pernah terjadi sebelumnya di daerah tropis. Dengan tutupan lahan hutan hujan tropis menyusut dan tingkat kepunahan biodiversitas meningkat, spesies satwa liar yang cenderung bertahan hidup di daerah terdeforestasi yang dihuni oleh manusia. Banyak dari spesies ini membawa patogen yang kemudian menginfeksi manusia, suatu fenomena yang dikenal sebagai “spillover”. Aktivitas seperti perdagangan satwa liar dan peternakan di daerah ini menciptakan peluang tambahan untuk ‘spillover’ patogen, karena manusia dan hewan domestik berinteraksi dengan satwa liar.

Peningkatan populasi global yang terus tumbuh, perubahan iklim, mobilitas yang meningkat, penetrasi manusia ke habitat yang sebelumnya tidak tersentuh, pertanian industrial dan budidaya peternakan intensif adalah semua faktor yang meningkatkan risiko patogen menyebar secara cepat ke seluruh dunia.

Selain itu, ditambah adanya resistensi antimikroba yang meningkat saat ini. Dengan kata lain, jika patogen menjadi kebal terhadap terhadap obat-obatan yang umum, infeksi yang sebelumnya tidak berbahaya dan mudah diobati dapat menjadi ancaman bagi manusia. Untuk mengurangi risiko kesehatan yang masif ini, diperlukan pendekatan interdisipliner “One Health” yang menekankan pada interdependensi antara kesehatan manusia, hewan dan lingkungan.

Konsep “One Health” merangkum gagasan yang telah dikenal selama lebih dari satu abad; bahwa kesehatan manusia dan kesehatan hewan saling diperlukan dan terikat pada kesehatan ekosistem di mana mereka ada.

Office International des Epizooties (OIE)

Aliansi Tripartit FAO-OIE-WHO dan banyak kelompok ahli lainnya menyatakan bahwa pendekatan ‘One Health’ adalah metode optimal yang dapat digunakan untuk mencegah serta menanggapi wabah penyakit zoonosis dan pandemi. Penerapan pendekatan ‘One Health’ yang menyatukan keahlian dari berbagai disiplin ilmu — kesehatan masyarakat, kesehatan hewan, kesehatan tumbuhan dan kesehatan lingkungan, akan membantu pemerintah, komunitas bisnis dan masyarakat sipil dalam mencapai peningkatan kesehatan manusia, hewan, satwa liar dan planet ini

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan “Sudah jelas, bagaimanapun bahwa ‘One Health’ lebih dari hanya sekedar zoonosis. Kita tidak dapat melindungi kesehatan manusia tanpa mempertimbangkan dampak aktivitas manusia yang menganggu ekosistim, merambah habitat, dan mendorong perubahan iklim”. Aktivitas ini termasuk polusi, deforestasi skala besar, intensifikasi produksi ternak dan penyalahgunaan antibiotik, bersamaan dengan bagaimana dunia memproduksi, mengonsumsi dan memperdagangkan pangan.

 

Tinggalkan Balasan

Anda harus masuk log untuk mengirim sebuah komentar.

FGD Seri 2 Covid-19: Panggilan untuk Memulihkan Keseimbangan Manusia, Biodiversitas dan Lingkungan

by Civas time to read: 2 min
0