Vets for a Better Life
Dunia mendapat pelajaran berharga dari pandemi Covid-19. Pandemi ini membuktikan bahwa tidak ada satu negara yang siap menghadapi bencana yang diakibatkan oleh kecerdasan mikroba dalam mempertahankan eksistensinya. Hingga pada akhirnya mampu menjadi sumber masalah dunia yang mengancam keselamatan jiwa manusia dalam jumlah banyak, dan mampu mengubah tatanan kehidupan normal sebelumnya.
Solo — Petugas Rumah Potong Hewan (RPH) Solo mendapati sedikitnya 10 ekor babi yang terkonfirmasi positif virus African Swine Fever atau ASF sejak akhir Agustus 2020.
RPH melakukan upaya pencegahan supaya virus itu tidak menulari hewan lainnya yang masih sehat. Kepala UPT Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Solo, Sumarno, mengatakan semua babi yang kena ASF itu berasal dari kandang di Karanganyar.
Sejak dulu, banyak epidemi berasal dari China dan menimbulkan stigma buruk bagi negara itu. Dua pandemi flu pada abad ke-20, yaitu flu Asia dan flu Hong Kong, berasal dari China dan meninggalkan jejak sekitar 3 juta kematian di seluruh dunia. Kemudian pada abad ke-21 muncul sindrom pernapasan akut parah (SARS), flu burung H5N1, dan sekarang Covid-19.
NTT – Pasti banyak warga belum mengetahui perihal ASF itu karena jarang diberitakan. Kehadiran pandemi Covid19, telah meredam berita tentang demam afrika alias African Swine Fever (ASF) di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Padahal, antara Corona dan ASF memiliki kemiripan. Sama-sama belum ada obat dan vaksinnya. Juga sama-sama ganasnya, mematikan inangngnya. Bedanya, Corona senang menggerogoti manusia, sedangkan ASF selalu mencari ternak babi sebagai mangsanya.
Kupang – Dinas Peternakan Nagekeo mencatat sejak bulan April hingga Oktober 2020, jumlah Babi yang mati berjumlah 434 ekor. Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner, Pengolahan dan Pemasaran Dinas Peternakan Nagekeo, drh. Fransiskus X.P.G. Bethana menyebutkan dari jumlah tersebut diatas diantaranya ada yang positif demam babi afrika atau African Swine Fever (ASF).
Berkurangnya lahan hutan akibat aktivitas manusia memicu munculnya penyakit menular zoonosis yang berisiko menjadi pandemi. Risiko tersebut muncul karena hilangnya habitat dan berubahnya sistem ekologi. Menjaga keberlangsungan hutan menjadi upaya untuk mencegah terjadinya pandemi di masa depan.
Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies (CIVAS) secara rutin turut berpartisipasi dalam pemeriksaan hewan kurban sebagai salah bentuk pengabdian masyarakat. Wabah Covid-19 tidak menjadi halangan petugas untuk membantu Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dalam mengawasi pemotongan hewan di hari raya Idul Adha 1441 H. Petugas CIVAS tahun ini diwakili oleh Drh Kodrat Zulfikar Baskoro dan Nofita Nurbiyanti, SKH dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dalam melakukan tugasnya.
Padang – Pengendali Ekosistem Hutan Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat dan Kepolisian Resor Pasaman Barat menggagalkan upaya penyelundupan 22 kilogram sisik trenggiling (Manis javanica) di Pasaman Barat. Tiga orang ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan perdagangan bagian tubuh satwa dilindungi.
Dunia sangat rentan terhadap zoonosis. Munculnya penyakit zoonosis tidak terjadi secara tiba-tiba. Patogen penyebab penyakit mampu menyebar dan menginfeksi manusia apabila batasan alaminya terganggu atau rusak.
Batang, Jateng – Sejumlah pedagang hewan kurban di Kabupaten Batang telah menyiapkan dagangannya untuk hari raya Idul Adha tahun ini. Seluruh pedagang diwajibkan untuk mengantongi Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH). Surat tersebut menjadi bukti bahwa kesehatan hewan ternak yang diperjualbelikan telah diperiksa oleh Tim Kesehatan Hewan Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Batang.
Populasi ayam ras petelur di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Prospek bisnisnya pun luar biasa. Masyarakat di NTB Khususnya, dalam sebulan saja, membutuhkan jutaan telur yang harus disuplai dari Bali dan Jawa.
Kupang – Sebanyak 24.822 ternak babi milik warga di Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT), mati akibat terkena virus flu babi Afrika (ASF). Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Dinas Peternakan NTT, Artati Loasana, mengatakan, puluhan ribu ternak babi yang mati itu tersebar di 11 kabupaten dan satu kota, serta sebuah instalasi peternakan di Tarus, Kabupaten Kupang.