Konsultasi Penelitian Gambaran Epidemiologi Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2017
Sabtu, 21 Juli 2018
Potensi peternakan perlu mendapatkan perhatian khusus untuk mendukung terciptanya swasembada dan ketahanan pangan serta kesejahteraan manusia di Indonesia. Untuk itu, perlu dilakukan juga upaya pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan guna menjaga pertumbuhan ternak lebih optimal dan mencegah penularan penyakit dari hewan ke manusia. Saat ini, pengendalian penyakit hewan terfokus pada Rabies, Antraks, Brucellosis, Avian Influenza (AI)/Flu Burung dan Hog Cholera (RABAH).
Untuk kedua kalinya, Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies (CIVAS) diminta kembali menjadi salah satu konsultan penelitian Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bandung Barat (KBB). Konsultasi meliputi gambaran epidemiologi penyakit hewan menular starategis (PHMS) RABAH, evaluasi kegiatan surveilans, dan pembuatan petunjuk teknis pelaksanaan surveilans RABAH di Kabupaten Bandung Barat tahun anggaran 2017. Sama seperti konsultasi sebelumnya, fokus penyakit Hog Cholera diganti menjadi Helminthiasis/Kecacingan. Adapun pelaksanaan kegiatan penelitian ini dilakukan diawal tahun 2018.
Beberapa kesimpulan hasil surveilans di Kabupaten Bandung Barat tahun 2017 berdasarkan jenis penyakit RABAH antara lain:
Rabies
Laporan data kasus Gigitan Hewan Pembawa Rabies (GHPR) sebanyak 2 kasus, dengan tidak ditemukan kasus positif pada hewan dan manusia. Cakupan vaksinasi rabies sebesar 52,25% dari perkiraan populasi 4.000 ekor Hewan Penular Rabies (HPR) dengan titer protektif sebesar 100%.
Antraks
KBB pernah tertular antraks pada tahun 1973 di Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang dikarenakan pembelian sapi perah dari Jawa Tengah yang merupakan daerah endemik antraks. Akan tetapi hingga saat ini tidak pernah ada kasus munculnya antraks baik pada hewan dan manusia.
Surveilan aktif antraks dilakukan dengan sampel ulas darah sapi di 4 (empat) kecamatan yaitu Ngamprah, Cisarua, Parongpong dan Lembang dengan hasil negatif. Sedangkan surveilans pasif tidak dilakukan mengingat tidak ada kasus dugaan antraks yang dilaporkan oleh masyarakat untuk diinvestigasi.
Brucellosis
Berdasarkan data surveilans aktif, KBB termasuk ke dalam Daerah Tertular Berat (prevalensi >2%) dengan prevalensi sebesar 7,5% (CI 95% 3,4-11,6%) dari 160 sampel serologis pada sapi perah berdasarkan CFT. Tahun 2017 tidak dilakukan surveilans pasif/investigasi kasus abortus.
Wilayah positif brucellosis tersebar di Kecamatan Ngamprah, Parongpong, dan Lembang. Hanya sampel dari Kec. Cisarua yang tidak terdeteksi brucellosis secara serologis melalui surveilans aktif.
Avian Influenza (AI) / Flu Burung
Prevalensi dari surveilans aktif AI pada ayam kampung sebesar 0% dari 160 sampel serologis di 16 kecamatan. Sedangkan investigasi kasus AI sebanyak 1 (satu) kasus positif pada itik di Kecamatan Saguling dari 4 laporan kasus dugaan AI.
Helminthiasis / Kecacingan
Pada pemeriksaan kecacingan sapi perah dari surveilans aktif diketahui memiliki prevalensi yang rendah yaitu sebesar 31,7% dari 268 sampel. Sedangkan presentase kecacingan dari surveilans pasif pada domba diketahui sebesar 80% dari 5 sampel. Prevalensi kecacingan terdapat penurunan dibandingkan tahun 2015 sebesar 89,2% dari 174 sampel. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat cacing efektif dalam menurunkan prevalensi kecacingan, sehingga perlu penerapan yang rutin untuk pemberian obat cacing setiap 4-6 bulan.
Wilayah kantong nematoda tersebar hampir di 4 (empat) kecamatan sampling yaitu Ngamprah, Cisarua, Parongpong dan Lembang. Trematoda dan cestoda ditemukan di 2 kecamatan dari 4 kecamatan sampling yaitu Cisarua dan Lembang.
____________
Hasil konsultasi ini berupa dokumen laporan beserta peta penyakit dan buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Surveilans RABAH sebagai pertanggungjawaban CIVAS yang di presentasikan pada tanggal 21 Agustus 2018 di Kantor Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bandung Barat dan dihadiri oleh staf dan pejabat Dinas terkait. (fie)