Konsultasi Kajian Data Epidemiologi Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) dan Masitits di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2018
Selasa, 21 Mei 2019
Bandung Barat merupakan wilayah yang memiliki potensi di bidang sapi perah. Oleh karenanya perlu mendapatkan dukungan agar terus dapat berkontribusi dalam peningkatan pemasukan daerah di Provinsi Jawa Barat. Dalam dukungannya, pemerintah daerah tealh berupaya melakukan pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan agar pertumbuhan ekonomi dapat optimal dan juga untuk mencegah penularan penyakit dari hewan ke manusia.
Secara rutin, Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bandung Barat melakukan konsultasi dengan Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies (CIVAS) untuk dapat menganalisa dan mengevaluasi program-program kegiatan surveilans penyakit hewan yang sudah dilakukan. Tahun 2018, Dinas telah melakukan program-program untuk meningkatkan produksi susu sapi perah, salah satunya dengan program vaksinasi Brucellosis dan kajian mastitis pada sapi perah. Sedangkan, program pengendalian penyakit hewan terfokus pada penyakit Rabies, Antraks, Brucellosis, Avian Influenza (AI) dan Kecacingan (RABAH) sesuai dengan Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Surveilans RABAH.
Beberapa kesimpulan hasil surveilans di Kabupaten Bandung Barat tahun 2018 berdasarkan jenis penyakit RABAH dan mastitis antara lain:
1. Rabies
Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) dilaporkan sebanyak 3 (tiga) kasus. Surveilans aktif rabies dari 16 sampel otak anjing di Kecamatan Cililin dan Cipatat mendapatkan hasil negatif rabies. Tidak ditemukan hasil yang positif rabies baik pada surveilans berbasis risiko dan surveilans aktif. Program vaksinasi rabies pada anjing yang dilakukan telah mencapai 75% dari estimasi total populasi anjing (3.085 ekor).
2. Antraks
Tidak ditemukan hasil yang positif antraks pada surveilans aktif yang dilakukan. Kejadian antraks terakhir pada tahun 1973 di Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang.
3. Brucellosis
Termasuk ke dalam wilayah tertular berat brucellosis dengan prevalensi 4,5% tertinggi di Kecamatan Parongpong dan kejadian kasus abortus yang disebabkan brucellosis mencapai 6,2% pada sapi perah.
4. Avian Influenza (AI)
Tidak ditemukan hasil positif AI pada surveilans pasif dan aktif.
5. Helminthiasis
Pada surveilans aktif kecacingan pada domba menemukan 38% positif nematoda di 12 kecamatan dengan 4 kecamatan memiliki kasus tinggi (7-10 kasus), dan positif trematoda dan cestoda hanya di 2 (dua) kecamatan. Sedangkan surveilans aktif kecacingan pada kuda menemukan 70% positif nematoda, dan negatif trematoda dan cestoda.
6. Mastitis
Prevalensi mastitis pada sapi perah sebesar 67,5% dengan tingkat prevalensi tertinggi berada di Kecamatan Lembang.
_______
Hasil konsultasi ini berupa dokumen laporan sebagai pertanggungjawaban CIVAS dan telah diserahkan pada tanggal 21 Mei 2019 oleh staf dan pejabat Dinas terkait.