Virus JE Positif Serang Balita di Tabanan, Terdapat pada Babi dan Ditularkan Nyamuk
Kamis, 27 Oktober 2016
Tabanan - Krama Bali khususnya peternak babi harus waspada terhadap penyebaran virus Japanese encephalitis (JE) yang dapat menyebabkan gangguan saraf, kelumpuhan, hingga kematian pada manusia.
Saat ini, kasus JE terjadi di Banjar Batungsel Kelod, Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan, Tabanan, yang menyerang seorang balita Putu Yuliantara yang baru berusia 1,5 tahun. Kepala Dinas Kesehatan Tabanan, dr. Nyoman Suratmika, mengatakan adanya penemuan kasus JE di Batungsel Kelod telah ditindaklanjuti dengan menurunkan tim untuk melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) agar mengetahui dari mana pasien tertular, kondisi lingkungan, serta langkah pencegahan yang diambil.
Kasi Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Tabanan, dr. Desiana K Dewi Desiana, menyebutkan JE merupakan virus yang terdapat pada babi dan ditularkan melalui gigitan nyamuk sebagai vektornya. Nyamuk penularnya termasuk jenis culex atau nyamuk umum yang biasa berkembang biak di dataran tinggi maupun rendah. Dari PE yang digelar beberapa hari lalu, balita Yuliantara hidup di lingkungan yang banyak kandang babinya.
“Di rumah dan lingkungan sekitarnya semua memelihara babi. Kandangnya berada di bawah bangunan jineng,’’ kata Desiana, Rabu (26/10/2016).
Limbah kotoran babi dibuang lewat saluran yang tidak disemen ke sungai yang ada di bawahnya. Saat musim hujan rumput menutup saluran tersebut dan terjadilah penyumbatan yang menjadi sarang nyamuk. Tidak sampai di sana, di lingkungan rumah Yuliantara juga terdapat pohon bambu dimana bekas tebangannya menampung air dan menjadi sarang nyamuk. ‘’Saat di cek tempat penampungan airnya juga banyak jentik nyamuk,’’ jelasnya.
Dijelaskan Desiana, Yuliantara mengalami sakit panas dan kejang pada 12 Agustus 2016 dan segera dibawa ke puskesmas. Dari puskesmas, kemudian dirujuk ke BRSUD Tabanan.
Setelah diobservasi dan dirawat selama lima hari, pihak BRSUD mengambil sampel darahnya untuk diperiksa. Awalnya, pasien diduga suspect AFP (Acute Flaccid Paralysis) atau kumpulan gejala lumpuh layu salah satunya polio. Syarat dari pemeriksaan AFP ini adalah timbul gejala panas, kejang, serta kesadaran menurun. Biasanya pemeriksaan sampel dilakukan saat panas menginjak hari kelima. Hasilnya, pasien positif JE. Yuliantara dirawat selama 25 hari di BRSUD dan saat ini meskipun dinyatakan sembuh kakinya lemah akibat efek dari serangan virus JE dan harus menjalani fisioterapi untuk menguatkan kakinya untuk bisa kembali berjalan. Virus JE, menurut Desiana jika terlambat ditangani memang bisa menyebabkan kelumpuhan permanen bahkan kematian.
Untuk itu ia meminta masyarakat waspada jika anggota keluarganya mengalami panas tinggi dan kejang. “Segera dibawa ke layanan kesehatan,” ujarnya. Selain itu karena vektor penularnya nyamuk, maka perlu penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara rutin.
Pihaknya telah melakukan edukasi kepada keluarga Yuliantara serta memberikan bubuk ABT dan menggerakkan puskesmas setempat untuk menggelar PSN secara massal di lingkungan tersebut.
Di Tabanan, untuk tahun 2016 ini baru tercatat satu kasus JE yang menimpa Yuliantara. “Rencananya tahun 2017 akan ada vaksinasi JE,” kata Desiana.
Sumber: www.bali.tribennews.com