Gerakan Masyarakat Peduli Brucellosis Terbentuk
Minggu, 6 Desember 2015
Pare-Pare – Mengantisipasi tingginya angka kematian ternak pada sapi, Dinas Pertanian, Kehutanan, Peternakan dan Kelautan (PKPK) Kota Parepare membentuk masyarakat peduli Brucellosis di Kecamatan Bacukiki. Brucellosis merupakan salah satu penyakit reproduksi pada ternak sapi. Brucellosis juga dikenal sebagai penyakit keluron menular atau penyakit Bang. Kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh brucellosis sangat besar, walaupun mortalitasnya kecil.
Kerugian akibat penyakit ini dapat berupa keluron, anak hewan yang dilahirkan lemah kemudian mati, terjadinya gangguan alat-alat reproduksi yang mengakibatkan kemajiran (mandul) temporer atau permanen. Kerugian karena penyakit ini pada sapi perah berupa turunnya produksi air susu.
Kepala Dinas PKPK Kota Parepare, Hj Damilah Husain yang dihubungi, Selasa 1 Desember, mengatakan Gerakan Masyarakat Peduli Brucellosis adalah sebuah gerakan dengan pendekatan Partisipatory Rural Appraisal (PRA). “PRA adalah pemahaman partisipatif kondisi pedesaan atau pendekatan partisipasi masyarakat pedesaan yang memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah di bidang peternakan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara nyata,” ujarnya.
Menurutnya, Gerakan Masyarakat Peduli Brucellosis dipelopori Dinas PKPK setempat, Kecamatan Bacukiki dan masyarakat peternak. ” Keberadaan gerakan tersebut, peternak diberi kesempatan menganalisa fokus masalah peternakan yang dihadapi. Dan diketahui bahwa disamping masalah pakan, masalah utama lainnya adalah tingginya kasus keguguran dan kematian ternak dalam hal ini ternak sapi sesaat setelah lahir atau dikenal sebagai penyakit Brucellosis atau keguguran menular ternak,” jelasnya.
Ia menyebutkan, tahap awal pembentukan gerakan ini, sudah menunjukkan antusias masyarakat. Dimana mereka tidak hanya menjadi penonton, namun sebagai pelaku, saling belajar, berbagi pengalaman, saling mengingatkan dan bertanggung jawab secara bersama-sama untuk menyelesaikan persoalan penyakit Brucellosis. “Peternak juga dapat diberikan pandangan baru bahwa dalam menyelesaikan persoalan kemasyarakatan tidak melulu menjadi urusan wajib pemerintah, tapi juga menjadi urusan masyarakat itu sendiri. Artinya tidak secara mandiri, tapi dapat berupa peran aktif dalam setiap program pemerintah,” imbaunya.
Launching Gerakan Masyarakat Peduli Brucellosis ditandai dengan pemasangan spanduk disejumlah titik sentra peternakan Kecamatan Bacukiki disaksikan Kadis PKPK Kota Parepare, Hj Damilah Husain, Camat Bacukiki, HM Iskandar Nusu. Dalam spanduk tersebut berisi semboyan ‘Ayo Perangi Brucellosis’. Tak hanya itu, dalam spanduk yang disebarkan tersebut juga terdapat pusat panggilan peternakan atau Call Nak Centre 0821 8768 8123 untuk memberi akses seluas-luasnya kepada masyarakat menyampaikan segala keluhan tidak hanya tentang Brucellosis, tapi segala yang berhubungan dengan peternakan.
Camat Bacukiki, Iskandar Nusu yang dihubungi terpisah berharap keberadaan Gerakan Masyarakat Peduli Brucellosis dapat berjalan secara optimal untuk pencegahan dan pengendalian penyakit Brucellosis pada sapi ternak agar menekankan tingginya angka kematian ternak sapi di tengah masyarakat peternak. ”Pembentukan Gerakan Masyarakat Peduli Brucellosis merupakan dukungan program pemerintah dalam pembebasan penyakit Brucellosis di Parepare. Untuk itu perlu kiranya untuk melakukan koordinasi lintas sektoral unsur pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota dan organisasi sosial kemasyarakatan,” ujar Iskandar. Dia menambahkan, pengurus dan keaggotaan dari Gerakan Masyarakat Peduli Brucellosis Kecamatan Bacukiki adalah mereka-mereka yang memiliki integritas dilingkungannya.
“Ada 27 masyarakat yang dilibatkan dalam gerakan ini yang diketuai Jaya Hartono, mayarakat Kelurahan Watang Bacukiki,” tandas mantan Kabag Humas Pemkot Parepare ini. (mon/sar/b)
Sumber: Pare Pos Online