www.civas.net
Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies
Wednesday, 2 October 2019
2

Wabah Flu Burung dan Kedahsyatan Dampak Ekonomi

Senin, 11 Mei 2015

Sejak Desember 2014 sampai sekarang, di Amerika Utara, seperti Amerika Serikat dan Kanada, sedang berjangkit wabah flu burung. Wabah tersebut merupakan wabah flu burung terburuk yang pernah terjadi dalam sejarah AS. Wabah itu berdampak dahsyat pada ekonomi karena AS adalah eksportir unggas dan produk unggas terbesar di dunia.

1

 

GETTY IMAGES/CHINA PHOTOS – Para pekerja mengambil virus dari embrio ayam yang diinokulasi untuk memproduksi vaksin flu burung di Guangdong Winsun Bio Pharmaceutical Co Ltd, awal November 2005. Tiongkok mengembangkan serangkaian vaksin inaktif untuk mengatasi H5N2 AI dan digabungkan dengan vaksin inaktif guna mengatasi H5N1 dalam upaya mengendalikan flu burung yang mematikan.

Seperti dilaporkan kantor berita Reuters, informasi pertama tentang kemunculan kasus flu burung di Amerika Utara tersebut dimulai pada 2 Desember 2014. Saat itu, Badan Pengawasan Pangan Kanada mengarantina dua peternakan kalkun dan ayam di Provinsi British Columbia, Kanada, setelah flu burung tipe H5 terdeteksi di sana. Belakangan terkonfirmasi, virus flu burungnya merupakan galur H5N2.

Wabah flu burung di AS pertama kali terkonfirmasi pada 19 Desember 2014. Saat itu, flu burung galur H5N8 ditemukan di peternakan unggas campuran di daerah Douglas, Oregon, AS. Kasus flu burung galur H5N2 pertama kali terkonfirmasi pada 3 Januari 2015 di pekarangan seorang penduduk di daerah Benton, Washington, AS. Sebanyak 140 unggas campuran tertular di sana.

Secara komersial, wabah flu burung galur H5N8 pertama kali muncul di peternakan kalkun di California, AS, pada 23 Januari 2015. Sebanyak 134.400 kalkun tertular. Wabah flu burung di peternakan terbesar terjadi di daerah Osceola, Iowa. Sebanyak 3,8 juta ayam petelur tertular flu burung galur H5N2.

Pejabat pemerintah dan dokter hewan setempat memaparkan, penularan terjadi karena pengangkutan unggas antarpeternakan atau melalui udara dan debu. Kepala Dokter Hewan Departemen Pertanian AS John Clifford menyatakan, pemerintah telah berupaya mencegah penyebaran virus flu burung antarpeternakan.

Namun, di Minnesota, seperti dikemukakan Direktur Eksekutif Asosiasi Peternak Kalkun Minnesota Steve Olson, penyebaran terjadi karena penundaan pemusnahan unggas-unggas yang tertular sehingga virus flu burung tidak segera mati. Minnesota adalah negara bagian produsen kalkun terbesar di AS. Wakil Presiden Penelitian Asosiasi Unggas dan Telur AS John Glisson mengakui, penyebaran tersebut menunjukkan kegagalan biosekuritas.

Sebanyak 14 dari 50 negara bagian AS telah tertular flu burung. Tiga negara bagian AS menyatakan dalam keadaan darurat flu burung, yaitu Wisconsin, Minnesota, dan Iowa. Departemen Pertanian AS pada 1 Mei 2015 mengonfirmasi, secara nasional, lebih dari 21,6 juta unggas di 114 lokasi peternakan komersial tertular virus flu burung. Wabah terbesar terjadi di daerah Buena Vista di Iowa. Flu burung menulari 5,7 juta ayam petelur di sana. Unggas-unggas tertular tersebut telah dimusnahkan.

Untuk itu, pada 5 Mei 2015, Pemerintah AS menyetujui anggaran Rp 330 juta dollar AS atau setara Rp 4,3 triliun sebagai dana darurat untuk mengatasi penyebaran flu burung.

2

 

 

Dampak yang langsung terasa adalah kerugian ekonomi. Meksiko, pasar terbesar bagi unggas dan produk unggas AS, pada 6 Januari 2015 melarang impor unggas dari negara bagian yang tertular flu burung. Importir terbesar unggas dan produk unggas terbesar di dunia, Tiongkok, pada 8 Januari 2015 melarang impor unggas, produk unggas, dan telur dari AS. Arab Saudi, importir daging ayam terbesar kedua dunia, menghentikan impor daging unggas dan produk telur dari Ontario, Kanada.

3

 

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO – Salah satu burung puyuh yang mati karena virus flu burung di Dusun Sedan, Desa Sidorejo, Lendah, Kulon Progo, DI Yogyakarta, beberapa waktu lalu. Sebanyak 3.900 burung puyuh di kandang tersebut mati akibat virus flu burung dalam kurun tiga hari.

Ekspor unggas dan produk unggas AS tahun lalu senilai 6 miliar dollar AS atau setara Rp 78,3 triliun. Tahun ini, nilai ekspor tersebut dipastikan akan turun karena negara-negara pengimpor unggas dan produk unggas langsung menghentikan impornya dari AS. Dampaknya yang lebih makro adalah penurunan pertumbuhan ekonomi atau pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) karena ekspor merupakan komponen PDB. Selain ekspor, komponen PDB adalah konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, dan impor.

 Menjangkiti 28 negara

Flu burung pertama kali terjadi di Tiongkok tahun 2003. Sejak itu, flu burung terus menyebar ke sejumlah negara. Secara global, seperti dicatat Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (Office International des Epizooties/OIE), ada 28 negara terjangkit flu burung sepanjang 2015, termasuk AS dan Kanada. Indonesia tidak masuk dalam daftar tahun 2015 tersebut. Terakhir, Indonesia masuk dalam negara terjangkit flu burung OIE tahun 2011. Tahun itu, total ada 16 negara terjangkit flu burung.

Waktu itu, Indonesia juga merasakan dampak ekonomi wabah flu burung. Salah satu kajian tentang flu burung dilakukan dosen Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Rina Oktaviani berjudul “Dampak Merebaknya Flu Burung terhadap Ekonomi Indonesia: Suatu Pendekatan Model Keseimbangan Umum” (dalam buku Rina Oktaviani: Model Ekonomi Keseimbangan Umum, Teori dan Aplikasinya di Indonesia, IPB Press, 2011).

Dalam kajiannya, Rina menunjukkan, serangan flu burung menyebabkan penurunan PDB. Penurunan PDB besar terjadi, yaitu 0,95 persen, ketika terjadi penurunan produktivitas di sektor unggas dan sektor-sektor yang terkait dengan isu flu burung. Penurunan PDB itu disebabkan oleh penurunan konsumsi rumah tangga dan ekspor. Penurunan konsumsi rumah tangga sebesar 0,78 persen dan penurunan ekspor 1,43 persen.

Dari kajiannya, Rina menyarankan penanganan yang serius terhadap pencegahan penyebaran virus flu burung. Upaya yang dilakukan tidak hanya pada sisi produksi dengan vaksinasi dan pengusahaan peternakan unggas yang memenuhi aturan kesehatan hewan. Upaya yang dilakukan juga perlu dari sisi konsumsi tentang penanganan unggas sehingga tidak terjadi penurunan selera memakan produk unggas.

Saran Rina memang benar adanya. Indonesia telah belajar dari penanganan wabah tahun 2011 dan sekarang AS dan Kanada yang mengalaminya. AS yang terkenal canggih dalam bidang kedokteran hewan saja gagal mencegah penyebaran flu burung, apalagi di Indonesia. Pencegahan penularan flu burung tersebut tampaknya kurang membuahkan hasil karena laporan-laporan kasus flu burung tahun 2015 masih saja terjadi.

Pada 9 Januari 2015, Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), melaporkan, sekitar 3.900 burung puyuh dan puluhan unggas jenis lain di Desa Sidorejo, Kecamatan Lendah, Kulon Progo, mati mendadak karena terkena penyakit flu burung galur H5N1. Konfirmasi dilakukan berdasarkan tes yang dilakukan oleh Balai Besar Veteriner Wates, DIY (Kompas, 10/1/2015).

 Kerugian nyawa manusia

Yang mengejutkan, seperti dilaporkan Kompas (28/3/2015), flu burung H5N1 menular pada manusia dan bahkan menyebabkan kematian tiga manusia. Kerugian ekonomi karena kematian ini sudah tidak terbilang besarnya karena menyangkut nyawa manusia.

Kejadian bermula ketika N (40), pegawai Imigrasi Cabang Kelapa Gading, Jakarta Utara, berlibur bersama keluarga ke rumah orangtuanya di Bogor, Jawa Barat, 8 Maret 2015. Pemilik rumah memelihara berbagai jenis unggas. Saat itu, seekor burung hantu mati. Sembilan hari kemudian, anak N, M (2), demam tinggi dan sempat dirawat di Rumah Sakit Eka Hospital, Tangerang, lalu dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta Timur.

Empat hari setelah M dirawat, 21 Maret 2015, N juga sakit dengan gejala seperti anaknya. N dirawat di Rumah Sakit Husada Insani, Tangerang. Setelah dirawat empat hari, pada 24 Maret 2015, N meninggal. Dua hari kemudian, pada 26 Maret 2015, M menyusul meninggal. Kakak ipar korban yang tinggal dekat rumah orangtua korban di Bogor juga meninggal.

Kasus ini sungguh serius dan mengkhawatirkan karena tidak jauh dari ibu kota negara, Jakarta. Bayangkan kehebohan nasional dan internasional apabila kasus ini menyebar luas di Ibu Kota.

Ahli flu burung Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Chairul Anwar Nidom, seperti dikutip Kompas, menyatakan, penyebaran virus flu burung galur H5N1 masih menjadi ancaman bagi masyarakat di Indonesia. Namun, sejak 10 tahun lalu virus itu mulai menyebar di Indonesia, surveilans atau pemantauan penyakit tersebut tak berjalan optimal. Padahal, surveilans berfungsi memetakan penyakit, termasuk uji keganasan dan model penularannya. Jadi, pencegahan bisa dilakukan agar penyakit tersebut tak muncul.

Yang lebih penting lagi, sudah saatnya masyarakat tidak memandang enteng kasus flu burung di dekatnya. Caranya tidak sulit, yaitu ketika mendapatkan unggas di dekat kita mati mendadak, segera laporkan kepada dinas peternakan setempat. Jika Anda demam tinggi setelah berdekatan dengan unggas mati mendadak, segera memeriksakan diri ke dokter terdekat. (Penulis: Subur Tjahjono)

 

Sumber: KOMPAS

 

Tinggalkan Balasan

Wabah Flu Burung dan Kedahsyatan Dampak Ekonomi

by Tisna Sutisna time to read: 5 min
0