Workshop Kompetensi Epidemiologi Indonesia Optimalisasi Surveilans Berbasis Risiko Untuk Penguatan Sistem Kesehatan Hewan Nasional
Sabtu, 5 April 2014
Hotel Emersia – Bandar Lampung, 1 – 5 April 2014
Surveilans berbasis risiko (risk-based surveillance) mulai muncul sebagai suatu pendekatan baru beberapa tahun yang lalu di ISVEE conference, Cairns, 2006. Sejak itu, terjadi pengembangan lebih lanjut dari konsep ini dan peningkatan aplikasinya dalam berbagai ragam topik surveilans. Meskipun definisi yang jelas masih harus dirumuskan oleh OIE untuk dimasukkan ke dalam Code, tetapi saat ini konsep ini sudah diterima secara internasional. Surveilans berbasis risiko adalah suatu program surveilans dimana dalam rancangannya metoda pendedahan (exposure) dan penilaian risiko (risk assessment) diaplikasikan secara bersamaan dengan pendekatan rancangan konvensional untuk memastikan pengumpulan data yang tepat dan efektif. Surveilans berbasis risiko bermanfaat untuk memberikan peringatan dini wabah penyakit dan sebagai cara mengidentifikasi sebagian besar kasus penyakit dengan lebih mudah dan murah serta melakukan pendekatan surveilans yang melihat dimana penyakit paling mungkin terjadi.
Dalam rangka mendapatkan informasi yang lebih mendetail terkait sistem surveilans berbasis risiko tersebut, maka pada tanggal 1 – 5 April 2014 di hotel Emersia kota Bandar Lampung diadakan lokakarya (workshop) dengan tema “Surveilans Berbasis Risiko untuk Penguatan Sistem Kesehatan Hewan Nasional”. Lembaga Swadaya Masyarakat Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies (CIVAS) turut serta dalam kegiatan tersebut. Selain mengutus perwakilannya sebagai peserta, yaitu drh. Erianto Nugroho, CIVAS juga menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan workshop tersebut yang dibawakan oleh Ketua Badan Pengurus CIVAS, Drh. Tri Satya Putri Naipospos, MPhill., PhD. Lokakarya tersebut secara khusus merupakan kegiatan peningkatan kapasitas bagi para dokter hewan yang tergabung dalam lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian dan bekerjasama dengan Asosiasi Epidemiologi Veteriner Indonesia (AEVI), yang merupakan salah satu Organisasi Non-Teritorial (ONT) di bawah naungan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI).
Secara khusus tujuan diadakannya workshop ini adalah untuk mengetahui prinsip surveilans berbasis risiko; diketahuinya cara merancang surveilans berbasis risiko dalam melakukan deteksi dini dan melakukan deteksi penyakit dalam pembuktian upaya pembebasan penyakit hewan; serta dapat diketahuinya analisa risiko terhadap kemungkinan tertularnya kembali penyakit hewan tertentu kembali di suatu daerah yang sudah bebas. Dengan dilaksanakannya workshop ini diharapkan para peserta dapat langsung mengaplikasikannya di lapangan dalam rangka kewaspadaan terhadap adanya kemungkinan masuknya penyakit hewan ke daerah masing-masing.
Kegiatan workshop kali ini dibuka oleh Ir. Syukur Iwantoro, MS, MBA, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian. Narasumber kegiatan ini berasal dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada (FKH-UGM) yang juga merupakan Guru Besar FKH-UGM serta ketua AEVI, yaitu Prof. Drh. Setyawan Budiharta, MPH, PhD, Ketua Badan Pengurus CIVAS yang juga sebagai Ketua Komisi Ahli Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, yaitu Drh. Tri Satya Putri Naipospos, Mphil. PhD, tim ahli dari Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) Dr. Lucas Schoonman, DVM, Ph.D, Uta Hesterberg, BVSc, MSc, MRCVS serta perwakilan dari Emergency Centre for Transboundary Animal Disease (ECTAD) Dr. John Weaver.
Peserta workshop ini berjumlah 40 orang yang berasal dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian yang terdiri dari tim epidemiologi Kesehatan Hewan, Balai Besar Veteriner (BBVet), Balai Veteriner (BVet), Balai Besar Penelitian Veteriner (BBalitvet), Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BPMSOH), Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan (BPMSPH), Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTUHPT). Selain itu pihak panitia juga mengundang peserta yang masuk ke dalam wilayah kerja dari BVet lampung yaitu dari dinas provinsi serta laboratorium tipe B dan Puskeswan; yaitu Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan; Puskeswan Muaraenim, Sumatera Selatan; Puskeswan Curup, Bengkulu; Puskeswan Way Kanan, Lampung; Puskeswan Natar, Lampung; Puskeswan Metro, Lampung; Puskeswan Bandar Lampung; Laboratorium Tipe B Bengkulu; Laboratorium Tipe B Sumatera Selatan; Laboratorium Tipe B Kepulauan Bangka Belitung; FKH-IPB dan CIVAS.
Di akhir kegiatan, para peserta dan panitia membuat rumusan untuk menindaklanjuti hasil kegiatan workshop ini. Rumusan yang disusun setelah mendengarkan arahan dari Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, masukan para narasumber dan para peserta selama diskusi belangsung. Kegiatan ini mencatat dua hal utama terkait tema yang diangkat, yaitu:
- Surveilans berbasis risiko merupakan surveilans yang berfokus pada populasi yang memiliki tingkat risiko lebih tinggi untuk terkena infeksi;
- Surveilans berbasis risiko dapat menawarkan pendekatan surveilans yang lebih efisien untuk deteksi dini dan menunjukkan status bebas penyakit;
Berdasarkan butir-butir tersebut di atas, kegiatan ini merekomendasikan:
- Dikeluarkannya SOP Surveilans berbasis risiko yang dibuat oleh Direktorat Keswan, dan sebaiknya SOP ini dapat diselesaikan setelah 3 bulan pelaksanaan workshop Kompetensi Epidemiologi Tahun 2014;
- Workshop kompetensi epidemiologi tahun 2015 merupakan kelanjutan materi surveilans berbasis risiko sebelumnya, diharapkan setiap regional dapat mempresentasikan rencana dan hasil Risk Based Surveilans tahun 2015; dan
- Untuk mengoptimalkan surveilans berbasis risiko di Tahun 2015, rancangan dan hasil surveilans di masing-masing wilayah akan dievaluasi secara periodik oleh Direktorat Kesehatan Hewan.