
Trypanosomiasis (Surra)
III. Epidemiologi
Inang (Host)
Trypanosoma evansi dapat menginfeksi berbagai hewan inang (wide host spectrum) yang secara ekonomis bernilai penting. Kuda sangat rentan terhadap penyakit Surra dan dapat menyebabkan mortalitas tinggi. Hewan lain yang rentan terinfeksi adalah sapi, kerbau, kambing, domba dan rusa, namun hewan-hewan tersebut lebih toleran terhadap infeksi sehingga dapat menjadi hewan pembawa parasit (reservoir). Agen T. evansi juga dapat menyerang babi, anjing, kucing dan beberapa jenis hewan liar. Adapun tikus dan mencit merupakan hewan percobaan yang sangat rentan terinfeksi T. evansi (OIE, 2009) sehingga digunakan dalam teknik inokulasi untuk mendeteksi infeksi subklinis penyakit Surra.
Manusia, walaupun jarang terjadi, dapat pula terinfeksi T. evansi. Namun infeksi pada manusia bukanlah infeksi yang terjadi secara alami karena pada dasarnya T. evansi adalah parasit darah pada hewan (animal trypanosome). Kasus infeksi T. evansi pada manusia yang pernah dilaporkan terjadi India masih memerlukan kajian lebih lanjut.
Cara Penularan
Penularan penyakit Surra antarhewan terjadi melalui darah yang mengandung parasit T. evansi. Penularan yang paling utama terjadi secara mekanis oleh lalat penghisap darah (hematophagous flies). Di Indonesia, vektor penular yang berperan adalah lalat Tabanus, Haematopota, dan Chrysops. Jenis lalat lain seperti Stomoxys, Musca, Haematobia juga dapat menjadi vektor pada saat populasi lalat tersebut meningkat di suatu wilayah. Walaupun penularan terjadi melalui gigitan lalat, tetapi agen T. evansi tidak melakukan perkembangan siklus hidup di dalam tubuh lalat.
Hewan karnivora dapat terinfeksi trypanosoma apabila memakan daging yang mengandung trypanosoma. Penularan melalui air susu dan selama masa kebuntingan pernah pula dilaporkan (OIE, 2009). Namun karena parasit ini tidak mampu bertahan lama di luar tubuh inang, maka resiko penularan melalui produk asal hewan (daging dan susu) dapat diabaikan.
Penularan melalui peralatan kandang seperti dehorner (alat pemotong tanduk) serta alat-alat medis misalnya jarum suntik dan alat bedah dapat terjadi apabila peralatan tersebut terkontaminasi darah yang mengandung parasit trypanosoma.
Kejadian Penyakit di Dunia dan Indonesia
Di beberapa negara, insidensi penyakit Surra mengalami peningkatan yang signifikan terutama pada musim hujan. Hal ini terjadi karena populasi lalat penghisap darah meningkat pada musim hujan. Selain faktor musim, beban kerja yang berlebih pada ternak, kurangnya nutrisi dan stress lingkungan juga berkaitan dengan penyakit Surra.
Di Indonesia, wabah Surraterjadi secara sporadik. Walaupun terkadang wabah terjadi lokal, namun mortalitas (kematian) ternak yang terinfeksi cukup tinggi. Gambaran lain tentang penyakit Surra di Indonesia adalah masih berlangsungnya perpindahan hewan dari daerah yang tertular Surra ke daerah yang bebas atau sebaliknya.
Penyebaran penyakit Surra yang luas di hampir seluruh wilayah Indonesia dan kejadian penyakit yang sporadik memperkuat dugaan adanya enzootic stability antara agen T. evansi dan inang. Hal ini artinya penyakit Surra dapat muncul kapan saja tergantung dengan faktor lingkungan, kondisi imunitas hewan dan populasi lalat (vektor).
Faktor Resiko
Musim hujan merupakan waktu yang tepat bagi lalat Tabanus untuk berkembangbiak. Dari sedikit kajian tentang perilaku lalat Tabanus diketahui bahwa lalat Tabanus menyukai habitat air, di dekat sungai, atau tempat lain yang memungkinkan untuk berkembangbiak. Peningkatan populasi lalat ini biasanya diikuti dengan meningkatnya kasus infeksi Surra, terutama pada wilayah dimana hewan inang hidup berdampingan dengan habitat lalat. Selain musim, faktor angin juga berpengaruh yaitu berperan dalam penyebaran lalat Tabanus. Perpindahan lalat karena tiupan angin dimungkinkan dalam jarak yang pendek, namun informasi mengenai hal ini masih sangat minim. Faktor lain yaitu kondisi yang menyebabkan stress pada hewan seperti malnutrisi, kebuntingan, dan kelelahan dapat menjadi faktor pemicu penyakit Surra.
Trypanosomiasis (Surra) menarik perhatian karena kerentanan infeksi tidak hanya pada hewan, tetapi juga pada manusia. Trypanosoma evansi pada hewan biasanya tidak menyebabkan infeksi pada manusia. Kasus infeksi Trypanosoma evansi pada manusia (human trypanosomiasis) akibat trypanosoma asal hewan (animal tyrpanosomiasis) sangat jarang ditemukan. Kasus infeksi T. evansi pada manusia di India (RM Powar et al., 2006) merupakan salah satu kasus infeksi T. evansi asal hewan yang jarang terjadi. Pasien manusia tersebut menderita demam berulang (intermittent febrile) selama lima bulan dan mengalami kelelahan. Setelah dilakukan pemeriksaan hematologi, serologi dan biologi molekuler diketahui bahwa terdapat agen T. evansi di dalam darah pasien, padahal T. evansi merupakan agen penyebab penyakit Surra pada hewan.
jelaskan mengapa manusia tidak dapat memproduksi respon immun yang effektif saat terinfeksi penyakit yang disebabkan oleh trypanosoma ( protozoa parasit