Senin, 01 Juni 2009      Login | Register

Bahan Baku Pakan Ternak Masih Diimpor

JAKARTA -- Bahan baku pakan ternak unggas nasional, seperti jagung dan kedelai, hingga saat ini masih bergantung pada impor. Pasalnya, pasokan bahan baku itu masih terbatas. Di sisi lain, produsen pakan ternak belum bermitra dengan pengusaha bahan baku lokal.
Direktur Budi Daya Ternak Non-ruminansia Departemen Pertanian Djajadi Gunawan mengatakan impor jagung untuk pakan ternak mencapai 51 persen dari total kebutuhan. "Bahkan untuk kedelai masih 100 persen impor," ujarnya di Jakarta, Rabu lalu.
Selain karena keterbatasan bahan baku di dalam negeri, kata Djajadi, impor bahan baku itu terpaksa dilakukan lantaran ada bibit ternak impor, terutama unggas, yang pakan ternaknya harus disesuaikan dengan bahan baku dari negara asalnya.

Pada 2007, Indonesia masih mengimpor 0,4 juta ton jagung untuk bahan baku pakan ternak. Tapi angka ini sudah turun dari angka impor 2006, yang mencapai 1,9 juta ton jagung senilai Rp 380 miliar. Adapun kebutuhan pakan ternak unggas nasional saat ini sekitar 7 juta ton per tahun.
Indonesia, kata Djajadi, memiliki 55 perusahaan pembuat pakan ternak dengan kapasitas terpasang 11 juta ton per tahun. "Jadi, secara produksi, kita bisa memenuhi kebutuhan pakan ternak nasional," ujarnya. Perusahaan itu tersebar di Sumatera Utara, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.
Sementara itu, populasi unggas nasional saat ini 1,5 miliar ekor, yang 1,1 miliar ekor di antaranya adalah ayam broiler. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku ini, Djajadi menyarankan agar produsen kreatif, seperti menggunakan bungkil kelapa sawit sebagai pengganti jagung.
"Penggantian bahan baku itu bisa mencapai 30 persen," ujarnya. Dia menambahkan, industri kelapa sawit memiliki 50 turunan produk olahan, termasuk untuk pakan ternak. "Bungkil ini bisa jadi sumber dana tambahan di luar industri utama kelapa sawit," kata dia. GABRIEL WAHYU TITIYOGA
Tempo