Rabu, 17 Februari 2010      Login | Register

Bahan Pakan Terus Naik

JAKARTA – Hampir semua harga komponen bahan baku pakan ternak naik. Meningkatnya harga bahan baku pakan itu membuat peternak unggas dalam posisi terjepit. Untuk dapat bertahan menjalankan peternakannya, mereka harus menaikkan harga jual daging ayam dan telur.
Padahal, di sisi lain, daya beli masyarakat semakin lemah karena kenaikan harga berbagai bahan pangan seperti beras, minyak goreng, minyak tanah, sayur mayur, tempe dan tahu, daging, serta susu.
“Saat ini harga pakan Rp 4.000 per kilogram atau naik Rp 900 dibandingkan dengan enam bulan lalu. Mulai awal 2007 harga terus naik sampai sekarang,” ungkap Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Budiarto, Jumat (18/1) di Medan, Sumatera Utara.

Menurut Budiarto, harga pakan kemungkinan masih naik lagi Rp 300 per kilogram. “Perusahaan pakan hanya menunggu situasi pasar membaik,” katanya.
Dari tujuh komponen bahan baku pakan, enam diantaranya harganya naik, yaitu jagung, bungkil kedelai (soybean meal/SBM), tepung daging dan tulang (meat and bone meal/MBM), corn gluten meal (CGM), tepung daging unggas (poultry meat meal/PMM) dan CPO. Hanya harga dedak yang belum naik.
Kenaikan itu membuat biaya produksi peternakan juga ikut naik sebab 51,4 persen pakan ternak berasal dari jagung dan 18 persen berupa bungkil kedelai. Sisanya, tepung ikan 5 persen, tepung daging dan tulang 5 persen, CGM 7 persen, serta CPO 1-2 persen. Selebihnya dedak.
Empat komponen bahan baku pangan sebagian harus diimpor. Jagung, misalnya, dari 3,6 juta ton untuk kebutuhan pakan sekitar 1,77 juta diantaranya dipenuhi dari impor.
Tahun 2008 kebutuhan jagung diproyeksikan 4,07 jugta ton, bungkil kedelai 1,62 juta ton, pollard 1,81 juta ton, dedak 1,21 juta ton, tepung ikan 0,4 juta ton, serta MBM dan PMM 0,4 juta ton.
Budiarto mengatakan, kenaikan harga pakan akan memukul usaha peternakan, terutama ternak unggas. Pasalnya, biaya pakan merupakan 70 persen dari biaya produksi peternakan.
Sekitar 83 persen produksi pakan nasional diserap oleh peternakan unggas. Selebihnya, 6 persen untuk peternakan babi, 3 persen untuk sapi perah, 7 persen untuk akuakultur, dan 1 persen untuk jenis ternak lain.
Sumber : Kompas