Belasan Kerbau Mati di Sumtim Terserang Penyakit Surra
Rabu, 3 Juni 2015
Waingapu - Penyakit Surra menyerang ternak besar di Tama, Desa Ulimanu, Kecamatan Tabundung, Kabupaten Sumba Timur. Tercatat bulan Mei 2015, sudah belasan kerbau mati karena surra. Agar tidak mewabah dan banyak ternak yang menjadi korban, sudah dilakukan upaya vaksinasi. Demikian diungkap penyuluh peternakan, Daud Umbu Windi, saat ditemui di Desa Tarimbang, Kecamatan Tabundung, Sumba Timur, Jumat (29/5/2015).
“Penyakit sura positif menyerang ternak. Di Tama, Desa Ulimani belasan kerbau sudah mati,” kata Umbu Windi yang saat itu mendampingi Kepala Desa Tarimbang, Marthen Maramba Djawa. Untuk Desa Tarimbang, katanya, belum ada ternak yang menjadi korban serangan penyakit Surra.
Dia menyebut ciri-ciri ternak terserang surra, diantaranya lendir/ingus dihidung keluar dari hidung ternak. Fisik ternak kurus namun kuat makan dan minum. Ternak yang terserang berjalan semponyongan.
“Kalau sudah kena sura, ternak pasti langsung mati. Ternak tidak selamat,” ujarnya. Dikatakannya, agar tidak menyebar dan semakin banyak ternak yang menjadi korban, sudah dilakukan vaksinasi. Sekitar 80-an ternak sudah divaksin sehingga selamat.
“Kejadian ini sudah kami lapor ke Dinas Peternakan setempat. Kami diarahkan untuk melakukan vaksinasi terhadap ternak agar bisa terhindar dari penyakit surra. Dan, kami sudah melakukan vaksinasi. Vaksin tersebut kami dapat dari dinas peternakan,” ujar Umbu Windi.
Dikutip dari situs www.peternakan.com, penyakit surra merupakan penyakit infeksi darah yang disebabkan oleh protozoa Trypanosoma evansi yang ditularkan melalui gigitan lalat penghisap darah (Haematophagus files). Umumnya penyakit ini dapat menyerang semua jenis hewan/ternak. Di Indonesia, penyakit surra sering menyerang sapi dan kerbau terkadang juga kuda.
Penyakit surra dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar, sebab pengobatannya cukup mahal. Sifatnya yang dapat menular penyakit. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan lalat penghisap darah (vektor) terutama Tabanus sp. yang membawa parasit. Parasit ini dapat ditemukan di dalam sirkulasi darah pada fase infeksi akut. Parasit Trypanosoma evansi dapat membelah diri untuk memperbanyak diri.
Penularan penyakit surra erat kaitannya dengan transportasi ternak atau lalu lintas ternak. Penyebarannya terjadi secara sporadik yang artinya penyakit surra dapat muncul kapan saja tergantung pada kondisi lingkungan, kondisi imunitas hewan (kekebalan tubuh), dan pupulasi lalat (vektor). Itu artinya pada musim penghujan adalah waktu yang tepat bagi lalat untuk berkembang biak. Dan hidupnya menyukai tempat-tempat yang banyak mengandung air.
Gejala umum akibat penyakit Surra pada ternak Sapi dan Kerbau, yaitu suhu tubuh meningkat, kepala berputar-putar (pada kerbau), terlihat lesu atau lemah, bulu dan kulit menjadi kasar dan kering, terdapat perdarahan titik (petechial haemorrhages) di kelopak mata, hidung dan anus, nafsu makan berkurang, terjadi pembengkakan pada limfonudus prescapularis kiri dan kanan, penurunan bobot badan, dan daya reproduksi rendah. Pada sapi perah terjadi penurunan produksi susu, dan pada anak kerbau terjadi keterlambatan pertumbuhan (kerdil).
Ternak yang diduga sakit sebaiknya segera dilakukan pemisahan dengan ternak yang sehat dalam kandang karantina yang tertutup agar terbebas dari gigitan lalat. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara melakukan pembasmian serangga yang menjadi penyebab penyakit surra secara rutin pada kandang dan lingkungan sekitar.
Penyemprotan dapat dilakukan pada ternak menggunakan insektisida yang aman bagi ternak. Pembersihan tempat pembuangan kotoran dan sampah sisa makanan ternak sangat disarankan serta menjaga kondisi kandang tetap bersih, tidak lembab, selain itu berikan makanan dan minuman pada ternak dalam keadaaan bersih (Editor: Ferry Jahang).
Sumber: Pos Kupang