Nusa Tenggara Timur Kekurangan Dokter Hewan
Mbay - Provinsi Nusa Tenggara Timur, sebagai salah satu gudang ternak nasional, kekurangan dokter hewan. Hal itu dikatakan Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan NTT Maria Geong, Sabtu (22/8) di Kabupaten Nagekeo, Flores.
Maria memantau ke lapangan, ke Kecamatan Wolowae, Kabupaten Nagekeo, dan Maukaro, Kabupaten Ende, terkait kasus penyakit septichaemia epizooticae (SE) atau yang dikenal sebagai penyakit ngorok. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida itu merebak sepanjang Juni-Agustus. Akibatnya, 98 sapi dan kerbau mati di Wolowae dan Maukaro.
Menurut dia, saat ini di Provinsi NTT hanya ada 83 dokter hewan, kebanyakan di ibu kota provinsi. Rata-rata dokter hewan di tiap kabupaten/kota hanya dua orang. ”Idealnya, seorang dokter hewan menangani 2.500 ternak,” katanya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik NTT tahun 2007, populasi sapi di NTT mencapai 555.383 ekor dan kerbau 144.981 ekor. Jumlah itu belum termasuk ternak lain, seperti babi, kambing, kuda, domba, dan unggas.
Menurut Maria, kekurangan dokter hewan menyebabkan vaksinasi ternak terhambat. Ketika terjadi serangan penyakit hewan, upaya pengobatan dan vaksinasi cepat, sulit dilakukan.
Warga Desa Tendakinde, Wolowae, Alo Laja, mengatakan, sering kali ketika ternak warga sakit, tidak ada dokter maupun mantri hewan.
Maria mengusulkan, para lulusan SPMA dan sarjana peternakan di NTT direkrut pemkab menjadi kader vaksinasi dengan sistem kontrak kerja.
Menurut Maria, kasus SE tidak mengganggu perdagangan sapi potong dari NTT. ”Kawasan Wolowae dan Maukaro selama dua minggu diisolasi untuk memutus mata rantai penyebaran penyakit SE,” katanya.
Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Nagekeo Silvester Y Gani mengingatkan, penanganan penyakit SE jangan berorientasi proyek. ”Penanganan dari pemkab terlambat. Saya menyampaikan ada wabah ternak mati mendadak di Wolowae sejak Juli ke dinas terkait. Tapi, baru kini mereka bergerak,” kata dia. (SEM)
Sumber :
Menurut Maria, kekurangan dokter hewan menyebabkan vaksinasi ternak terhambat. Ketika terjadi serangan penyakit hewan, upaya pengobatan dan vaksinasi cepat, sulit dilakukan.
Warga Desa Tendakinde, Wolowae, Alo Laja, mengatakan, sering kali ketika ternak warga sakit, tidak ada dokter maupun mantri hewan.
Maria mengusulkan, para lulusan SPMA dan sarjana peternakan di NTT direkrut pemkab menjadi kader vaksinasi dengan sistem kontrak kerja.
Menurut Maria, kasus SE tidak mengganggu perdagangan sapi potong dari NTT. ”Kawasan Wolowae dan Maukaro selama dua minggu diisolasi untuk memutus mata rantai penyebaran penyakit SE,” katanya.
Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Nagekeo Silvester Y Gani mengingatkan, penanganan penyakit SE jangan berorientasi proyek. ”Penanganan dari pemkab terlambat. Saya menyampaikan ada wabah ternak mati mendadak di Wolowae sejak Juli ke dinas terkait. Tapi, baru kini mereka bergerak,” kata dia. (SEM)
Sumber :
Kompas