Bersatulah Bupati untuk Tangani Rabies
Awal November 2008, dua anak, Fandi Mere (3) dan Eston Lalu Jone (9), meninggal akibat gigitan anjing rabies di Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Ende, sepanjang Januari-November 2008 tercatat 431 kasus gigitan anjing rabies dengan dua korban tewas. Di bulan yang sama, di Kabupaten Sikka, ada satu korban tewas, Ignatius Molo (10). Berdasarkan data Dinas Kesehatan NTT, kasus gigitan anjing rabies selama 2004-2007 tercatat 7.500 kasus. Sejak tahun 1997, virus rabies membunuh sedikitnya 200 orang.
Bisa dibilang wilayah Flores- Lembata, mulai dari Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Ende, Sikka, sampai Flores Timur, merupakan daerah endemik rabies. Yang menjadi pertanyaan, apa kendala hingga rabies tidak kunjung bisa diberantas?
Wakil Bupati Manggarai Barat Agustinus CH Dula menyatakan, Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat memberi perhatian serius terkait penanggulangan rabies. Setiap tahun ada alokasi APBD untuk vaksinasi anjing. Namun, dalam pelaksanaan terkendala topografi wilayah yang sulit dijangkau petugas, terutama di puncak gunung dan di pelosok terpencil.
Agustinus menambahkan, selain vaksinasi, pemkab melakukan eliminasi anjing pada radius 10 kilometer dari tempat terjadinya kasus. Namun, upaya itu sering ditolak warga. Mereka beralasan, anjingnya diperlukan untuk menjaga kebun.
Misalnya, Karolus Kale, warga Desa Ngalupolo, Kecamatan Ndona, Ende, memiliki tiga ekor anjing yang bertugas menjaga tanaman singkong dan pisang dari babi hutan dan kera. Anjing Karolus sering harus berkelahi dan saling gigit dengan kera liar.
Meski berperan penting, anjing Karolus tak pernah divaksinasi. Ia juga tidak sudi anjingnya dieliminasi jika ada kasus rabies. ”Saya mau anjing saya divaksin, tetapi sudah tiga tahun tak ada petugas datang untuk vaksinasi. Kalau saya harus ke kota, repot dan ongkosnya besar,” katanya, Senin (24/11).
Padahal, jarak rumah Karolus dengan Dinas Pertanian Kabupaten Ende hanya 20 km. Bisa dibayangkan yang terjadi pada anjing milik penduduk di tempat yang lebih jauh.
Di Flores-Lembata, populasi anjing berkisar 240.000 ekor. Vaksinasi rutin akan memberi anjing kekebalan terhadap virus rabies.
Kepala Seksi Obat Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Ende Regina AM mengakui, penanganan rabies di Ende belum optimal. DPRD Ende hanya menyetujui dana vaksinasi anjing tahun 2008 sebesar Rp 100 juta. Populasi anjing di Ende mencapai 40.000 ekor. Biaya vaksinasi anjing Rp 4.000 per ekor. Artinya, dana itu hanya cukup untuk memvaksinasi 25.000 anjing.
Kendala lain, jumlah petugas resor peternakan Ende kurang. Seharusnya satu kecamatan ada satu petugas. Saat ini untuk 20 kecamatan hanya 13 petugas.
Menurut Regina, penanganan rabies di Ende dipayungi SK Bupati Ende Tahun 1999 yang mengatur pembatasan kepemilikan anjing serta kewajiban pemilik memvaksin anjingnya.
Belum serius
Wakil Direktur Pusat Pastoral Keuskupan Agung Ende Romo Frans X Deidhae Pr menilai, pemkab belum serius menanggulangi rabies. ”Pihak gereja mendukung pemberantasan rabies. Tahun 1999 keuskupan membantu vaksin antirabies (VAR) dari Eropa, tetapi pelaksanaan vaksinasi tidak optimal,” katanya.
Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Ende Yustinus Sani menyatakan, kasus rabies masih banyak karena dinas terkait tidak memiliki program prioritas.
Yustinus mempertanyakan, sejauh mana keakuratan data populasi anjing, berapa yang sudah divaksin dan yang belum.
Dokter spesialis penyakit dalam yang juga Direktur RSUD TC Hillers Maumere Asep Purnama menyatakan, upaya penanganan rabies bersifat reaktif. Jika terjadi kasus, dinas terkait baru kalang kabut.
”Upaya terbaik adalah pencegahan, bukan pengobatan. Perlu dibuat peraturan daerah mengenai cara memelihara anjing, kucing, maupun kera sebagai hewan penular rabies. Contohnya, anjing tidak boleh berkeliaran di luar halaman. Jika keluar rumah, anjing harus didampingi pemilik, paling tidak moncongnya diberi penutup supaya tidak menggigit. Jika ada pelanggaran, anjing dieliminasi,” kata Asep.
Direktur Eksekutif Flores Institute for Resources Development (FIRD) Ronny So berpendapat, pemberantasan rabies lewat eliminasi anjing merupakan upaya terakhir mengingat anjing bagi warga Flores-Lembata selain sebagai penunjang ekonomi juga bagian dari tata kehidupan masyarakat. ”Yang terbaik adalah vaksinasi dan pemeriksaan kesehatan anjing rutin di seluruh wilayah,” katanya.
Ronny mengkritik para bupati di Flores-Lembata yang terkesan mementingkan ego wilayah. Semestinya para bupati duduk bersama untuk mencapai kesepakatan dalam memberantas rabies. Hal itu seyogianya melibatkan para tokoh agama dan masyarakat.
Jika penanganannya masih karut-marut seperti sekarang, Flores-Lembata bakal tetap jadi daerah endemis rabies untuk jangka waktu panjang. (Samuel Oktora)
Sumber : Kompas