Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies
Friday, 25 November 2016
Acacing hati
Sumber: www.ilmupengetahuanalam.com

Cacing Hati Masih Mengancam Peternakan Sapi

Rabu, 21 September 2016

Blitar – Penyakit cacing hati masih menjadi ancaman peternakan sapi dan kambing di Kabupaten Blitar. Dari hasil pengecekan di lapangan, petugas dinas peternakan masih menemukan sejumlah ternak yang mengidap penyakit cacing hati.

Bahkan sapi yang berpenyakit beberapa diantaranya dipotong untuk perayaan Hari Raya Kurban. “Memang masih ditemukan kasus penyakit cacing hati,” ujar Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Blitar Mashudi kepada wartawan. Cacing hati (Fasciola gigantica) berhabitat di organ hati dan empedu sapi. Cacing jenis pipih ini berasal dari larva cacing hidup di rerumputan lembap berair.

Dari proses memamah biak rumput tersebut, cacing  masuk ke perut sapi dan mendekam di organ hati. Tidak hanya sapi, penyakit cacing hati berpotensi pada segala jenis hewan herbivora. Hewan yang terinfeksi akan mengalami penurunan berat badan. Sebab, nafsu makan berkurang, mengalami gangguan pencernaan, kembung, diare berkepanjangan, dan muntah. Secara fisik sapi penderita cacing hati terlihat kurang sehat.

Mata cekung, telinga terkulai, lesu, dan kusam. Sebab, cacing akan merusak sel hati dan menggerogoti sari makanan yang ada di dalam tubuh sapi. Kendati demikian, sejauh ini belum ada kasus cacing ini menular ke manusia. Sebab, pemanasan dengan suhu di atas 70 derajat celsius mampu membinasakan cacing hati. “Kendati demikian, hal ini tetap menjadi perhatian. Sebab mengganggu dunia peternakan. Selain itu, melakukan pantauan terhadap bahaya antraks,” terang Mashudi.

Populasi sapi di Kabupaten Blitar cukup tinggi. Pada 2014 tercatat sebanyak 140.000 ekor. Pada tahun ini populasi diperkirakan meningkat lebih tinggi. Kondisi peternakan sapi sempat guncang saat petugas menemukan kasus antraks. Sejumlah daerah sempat menolak sapi yang berasal dari Blitar. Peristiwa itu terjadi pada 2014 di peternakan sapi perah wilayah Desa Kendalrejo, Kecamatan Srengat. Sebagai antisipasi agar kasus tidak terulang, dinas mengerahkan 248 petugas ke seluruh desa dan kelurahan. Kasus antraks dipastikan nihil. Petugas hanya menemukan serangan penyakit cacing hati.

“Sebagai upaya pencegahan, kami juga menghimbau masyarakat untuk membuang atau tidak mengonsumsi bagian hati ternak yang diduga telah terjangkit,”  pungkasnya. Zaenal Arif, salah seorang tokoh masyarakat Kecamatan Wonodadi, berharap dinas meningkatkan penyuluhan terkait bahaya penyakit ternak, khususnya sapi dan kambing.

Sebab, selain ayam, bebek, sapi dan kambing merupakan hewan yang familier terkait pemenuhan kebutuhan makanan dan gizi masyarakat. “Dan faktanya, tidak banyak yang mengetahui apa itu penyakit cacing hati dan seperti apa bahayanya bila terlanjur dikonsumsi. Dinas harus lebih mensosialisasikan hal ini,” ujarnya. (Ed: Solichan arif).

Sumber: Koran Sindo