Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies
Tuesday, 9 August 2016

Cikungunya Serang Warga Leuwiliang

Rabu, 7 Desember 2011

Bogor – Ratusan warga Desa Cibeber I, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, terjangkit cikungunya. Penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebarkan nyamuk Aedes albopictus ini pertama kali menyerang warga pada Minggu (4/12). Hasil pemeriksaan tim medis UPT Puskesmas Leuwiliang, dari 135 warga yang sudah diperiksa secara intensif, 89 warga di antara nya positif terjangkit cikungunya. Sedangkan lima orang masuk kategoriA1, dan satu warga langsung dirujuk ke RSUD Leuwiliang untuk mendapat perawatan serius.

“Semua warga Kampung Gunung Tangkil Barat di Desa Cibeber 1, yang positif terjangkit wabah cikungunya 89 orang. Satu warga bernama Asep usia 25 tahun, kita rujuk ke RSUD Leuwiliang untuk dirawat,” beber Bidan Poskesdes Desa Cibeber 1, Itje, kemarin. Itje mengatakan, wabah cikungunya yang menyerang warga Desa Cibeber masuk kategori A2.

Semua penderita sudah diberikan obat antinyeri, obat demam, obat mual, vitamin B kompleks, obat alergi serta antibiotik. “Dari 135 warga, hanya 89 yang teridentifikasi bintik-bintik merah pada tubuhnya, disertai rasa nyeri pada tulang persendian di seluruh badannya.

Untuk mencegah penyebaran, besok (7/12), UPT Puskemas Leuwiliang dibantu pemerintah kecamatan dan desa akan memfogging (mengasapi),” katanya. Setelah empat hari pasca pengasapan, UPT Puskesmas Leuwiliang akan mengontrol ulang guna mengetahui apakah masih ada warga yang terserang atau tidak. “Situasinya kini kita nyatakan darurat, maka UPT Puskesmas Leuwiliang, mulai hari ini, membuka posko layanan kesehatan di titik penyebaran wabah cikungunya di Kampung Gunung Tangkil Barat, untuk berjaga-jaga,” tandasnya.

Dikonfirmasi, Kepala Bidang Pemberantasan, Pencegahan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Eulis Wulantari mengatakan, pihaknya sudah mengevakuasi seluruh warga yang terjangkit ke RSUD Leuwiliang. “Kita sudah lakukan pemeriksaan jentik dan besok (hari ini, red) akan lakukan fogging,” ungkapnya.

Kepala Desa Cibeber I, Tugiyo mengungkapkan, keluhan warganya yang terjangkit cikungunya diketahui sejak Minggu (4/12) lalu. Saat itu, warga sudah melakukan pemeriksaan di Poskesdes Cibeber I. “Namun karena warga penderita yang terjangkit wabah ini cukup banyak, akhirnya pihak desa melapor ke kantor kecamatan dan UPT Puskesmas,” ulasnya.

Tugiyo juga mengatakan, pihaknya akan mengajak semua warga bergotong-royong, termasuk menaburkan bubuk abate pada genangan air yang terdapat di setiap sudut rumah dan kampung. Juga akan digelar Gerakan Tabur Ikan Nila sebagai predator dari jentik nyamuk tersebut. “Langkah lainnya, kita juga memohon bantuan dari Pemkab Bogor, termasuk pengasapan,” tukasnya.

Munculnya musibah tersebut cukup membuat panik segenap jajaran Muspika Kecamatan Leuwiliang. “Sejak informasi ini masuk, kita sudah tinjau lokasi dan melakukan penanganan kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Karena penyakit ini cukup berbahaya dan mematikan,” ungkap Kapolsek Leuwiliang, Kompol Djumangin kepada Radar Bogor, kemarin.

Pakar Kesehatan Universitas Padjajaran Bandung, dr Sutrisno Hadiwijaya mengatakan, gejala cikungunya adalah demam tinggi disertai menggigil yang mirip gejala influenza. Lalu disusul mual dan muntah, sakit kepala serta sakit perut. Dalam empat hari, rasa nyeri dan ngilu mulai terasa di tulang kaki. Setelah itu di sekujur tubuh penderita timbul bercakbercak merah.

Pada tahap berikutnya, penderita akan mengalami kelumpuhan pada tangan dan kaki. “Namun, kelumpuhan ini tidak berlangsung lama. Penderita akan segera sembuh dalam beberapa hari. Meskipun mirip dengan demam berdarah dengue, demam cikungunya tidak mengakibatkan pendarahan hebat, renjatan (shock) ataupun kematian,” ungkapnya.

Masa inkubasinya, lanjut dia, yakni dua sampai empat hari. Manifestasi penyakit ini berlangsung tiga sampai sepuluh hari. Virus ini termasuk self limiting disease yang artinya hilang dengan sendirinya. Namun, rasa nyeri dan sakit masih tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan.

Dalam praktiknya, tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk cikungunya. Penyakit ini hanya bisa dicegah. “Di antaranya dengan menghentikan perkembangbiakan nyamuk dengan menggalakkan 3M (menutup saluran air, menguras penampungan air dan mengubur barang bekas) atau dengan menaburkan bubuk abate pada penampungan air, mirip dengan pencegahan terhadap DBD,” ungkapnya.(yus)

Sumber : Radar Bogor