Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies
Sunday, 2 July 2017

NTT Terapkan KTP Ternak untuk Tangkal Pencurian

Sabtu, 14 Mei 2011

Kupang – Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Barat Daya di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), memberi kartu tanda pemilik ternak (KTP-T) seperti sapi, kerbau dan kuda untuk mencegah terjadinya pencurian guna meningkatkan populasi ternak besar di wilayah tersebut.

“Setiap ternak besar diberi KTP-T dalam bentuk hologram sesuai dengan daerah asalnya, sehingga mudah diidentifikasi oleh petugas kesehatan hewan di pelabuhan saat ternak itu di antarpulau atau hilang,” kata Kepala Dinas Peternakan Sumba Barat Daya Timotius Bulu di Kupang, Kamis (12/5).

Ia menambahkan KTP-T dalam bentuk hologram itu tidak hanya berlaku di Sumba Barat Daya, tetapi juga di Kabupaten Sumba Barat, Sumba Tengah dan Sumba Timur, untuk memudahkan petugas saat melakukan identifikasi ternak.

Timotius Bulu mengatakan KTP-T bagi ternak-ternak besar di daratan Pulau Sumba itu dimaksudkan pula untuk memudahkan data pokok tentang populasi ternak, jenis kelamin, umur, rumpun ternak, sistem pemeliharaan, mutasi ternak, pemotongan dan inseminasi.

Selain KTP-T, kata dia, setiap pemilik ternak juga disediakan buku khusus untuk melakukan pendataan ternak besar dan kecil serta proses penjualan dan pemotongan setelah mendapat izin dari petugas. Populasi ternak besar di Pulau Sumba berdasarkan hasil pendataan lokal tahun 2000 mencapai 50 ribu ekor lebih atau berkurang banyak dari 10 tahun sebelumnya yang mencapai ratusan ribu ekor.

“Hal ini diakibatkan oleh serangan penyakit Sura yang dalam beberapa tahun terakhir ini mendera ternak besar di Sumba, sehingga populasinya terutama sapi dan kerbau menurun drastis,” katanya.

Dia mengatakan kebijakan ini muncul setelah Gubernur NTT Frans Lebu Raya mencanangkan NTT sebagai provinsi ternak serta upaya pemerintah daerah mendukung swasembada daging sapi dan kerbau pada 2014 yang ditargetkan pemerintah pusat.

“Kami juga bertekad untuk menjadikan Pulau Sumba sebagai salah satu pusat pengembangan ternak di NTT di luar Pulau Timor, karena tuntutan adat dan budaya masyarakat setempat,” kata Timotius Bulu. (Ant/OL-2)

Sumber : Media Indonesia