Usaha Peternakan di Jabar Potensial
Ketergantungan pada Daerah Lain Masih Tinggi
BANDUNG, Usaha peternakan di Jawa Barat memiliki potensi yang sangat besar. Apalagi adanya indikasi perubahan atas wilayah-wilayah Jawa Barat yang cenderung menjadi perkotaan, sehingga kebutuhan akan konsumsi daging pun ikut naik.
Pembantu Dekan I Fakultas Peternakan Unpad, Dr. Ir. Iwan Setiawan, D.E.A., mengatakan, dari penelitian, daerah Jabar akan berubah komposisi demografinya menjadi 70% beralih ke wilayah perkotaan.
"Ini sebenarnya peluang baik bagi masyarakat yang menekuni usaha peternakan, terutama sapi, domba, kambing, atau ayam. Jika produksi keempat jenis ternak itu dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan, Jabar dapat menjadi sentra pengusahaan terkuat ternak nasional," katanya pada diskusi peternakan Jabar di Redaksi Pikiran Rakyat, Bandung, Selasa (11/12).
Disebutkan, percepatan usaha dan bisnis peternakan di Jabar juga didukung infrastruktur yang umumnya sudah baik, sehingga bisa menjadi pendorong laju bisnis peternakan berbasis konsumsi dan produksi. Di luar itu, pengusahaan ternak Jabar memiliki potensi bisnis nonkonsumsi, yaitu adanya bisnis domba adu.
"Ini memberikan peluang bisnis dari pengembangan domba adu jenis unggul, di mana nilai jual pun biasanya lebih tinggi dari domba biasa. Peluang tersebut dapat dimanfaatkan untuk memperkuat posisi usaha peternakan Jabar di kancah nasional," katanya.
Kepala Dinas Peternakan Jabar, Rachmat Setiadi, me-nambahkan, digenjotnya produksi sapi lokal, merupakan salah satu upaya mandiri memenuhi kebutuhan daging sapi daerah sendiri. Ini diharapkan mampu merangsang usaha peternakan sapi lokal, untuk menyaingi daerah lain.
Ketergantungan
"Semakin tinggi populasi sapi potong di Jabar dapat mengurangi ketergantungan produk ternak dari luar daerah. Setidaknya, adanya perkembangan peternakan di daerah sendiri paling tidak harga daging sapi bisa stabil," katanya.
Terkait proses pemotongan hewan kurban, pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Deni W. Lukman mengatakan masih perlu ditingkatkan higienitasnya. Ini disebabkan secara umum proses penyembelihan dan pemotongan hewan di Jawa Barat cenderung kurang memerhatikan segi kesehatan dan kebersihan.
Menurut Deni, peningkatan higienitas hewan kurban dapat dilakukan, jika pemerintah daerah lebih dini menyinkronkan pelatihan sejak dua bulan sebelum Iduladha. Hal itu terutama untuk membangun komunikasi antarpihak, terutama dengan mereka yang akan bertugas melakukan pemotongan hewan kurban.
Ia menyarankan, untuk meningkatkan kualitas higienitas hewan kurban, pemotongan dilakukan pada Rumah Pemotongan Hewan (RPH). Selain meningkatkan tata tertib pemotongan daging hewan kurban, juga kondisi daging saat dibagikan sudah terjamin higienitasnya.
Sementara itu, menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Daging Sapi (Apdasi) Kota Bandung, Endang Mubarok, pemotongan hewan kurban pada RPH masih belum memungkinkan, dikarenakan jumlah RPH di berbagai kota, termasuk Bandung masih minim. (A-81)***
Sumber : Pikiran Rakyat