Harga Hewan Kurban Naik hingga 45 Persen
Sumedang - Harga sapi untuk kurban menjelang Idul Adha kali ini naik hingga 45 persen dari hari biasa. Kenaikan harga sudah terjadi di Jawa Barat sejak dua pekan lalu. Dibandingkan tahun 2009, harga naik sekitar 25 persen.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia Rochadi Tawaf, seusai seminar bertema "Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal" di Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran, Sumedang, Kamis (4/11), mengatakan, harga sapi di Jabar pada masa menjelang Idul Adha 2010 sekitar Rp 30.000-35.000 per kilogram hidup.
Sebelumnya, harga daging sapi Rp 24.000 per kg. Berat sapi yang paling banyak dibeli konsumen sekitar 250-300 kg. Harga kambing atau domba saat ini sekitar Rp 45.000 per kg hidup atau naik sekitar 7 persen dari hari biasa sekitar Rp 42.000 per kg.
Domba atau kambing yang paling diminati pembeli memiliki berat sekitar 12-17 kg. Rochadi mengatakan, harga sapi juga naik dibandingkan masa Idul Adha tahun lalu, sekitar Rp 28.000 per kg. Harga daging kambing naik cukup tinggi dari tahun lalu atau hingga 50 persen. Pada masa Idul Adha 2009, harga daging kambing sekitar 30.000-35.000 per kg.
Jika membeli hewan kurban, masyarakat diminta teliti dan mengamati hewan itu dengan saksama. Kebiasaan masyarakat saat ini jika membeli hewan kurban di sembarang tempat, menurut Rochadi, yakni hewan ditaksir berdasarkan postur saja. Akan tetapi, konsumen tidak tahu dengan pasti berat hewan.
"Jadi, tinggi atau rendahnya harga hewan dilihat dari penampilan semata. Akhirnya, harga hewan kurban ditentukan dari bogoh (suka) atau tidaknya konsumen," katanya.
Turun 10-15 persen
Menurut Rochadi, berat ternak kurban yang dijual di tempat-tempat itu bisa susut sekitar 10-15 persen sejak dipindahkan dari kandang hingga dipotong. Kualitas daging pun menurun. Daging menjadi lebih keras karena ternak merasa stres.
"Ternak dijual di tempat dengan kondisi tidak memadai. Makanan juga seadanya. Kebersihan tempat tidak terjamin," paparnya.
Rochadi juga mempertanyakan sejumlah lembaga penyalur hewan kurban, tetapi hewannya berasal dari luar Jabar seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. "Tidak menghasilkan nilai tambah untuk peternak rakyat di Jabar sendiri. Lembaga itu perlu bermitra dengan peternak," katanya.
Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pembangunan Peternakan Indonesia Rachmat Setiadi, standar kualitas hewan untuk setiap konsumen memang sangat relatif. "Bagi mereka, yang penting memiliki kepuasan sendiri, kalau bisa memilih hewan kurban secara langsung," ujarnya.
Setidaknya, pembeli yang masih menganggap perlu datang langsung ke penjual akan memilih hewan yang bagus dan gemuk sesuai kemampuan masing-masing. Menurut Rachmat, penjualan hewan kurban di Jabar tengah berproses menuju pengelolaan yang tertib.
"Saat ini lembaga resmi penyedia hewan kurban sudah bermunculan. Paling tidak, kalau konsumen masih membeli di pinggir jalan, bukan hewan kurus yang dipilih," ujarnya.
Warga Sadangserang, Bandung, Jasmina Nashya (30), mengatakan, ia berencana membeli kambing di lembaga resmi penyedia hewan kurban. "Kalau beli di lembaga resmi, saya bisa tahu berat dan kualitas hewan. Asal peternakan dan distribusi dagingnya juga jelas," katanya. (bay)
Sumber : Kompas