Konsumsi Daging Unggas Lokal Sangat Rendah
Bandung - Konsumsi daging unggas lokal di Jawa Barat masih sangat rendah. Setiap tahun konsumsi unggas dari seluruh daging yang dimakan adalah 63,67 persen. Adapun angka konsumsi unggas lokal hanya 8,87 persen.
Kepala Dinas Peternakan Jabar Koesmayadie T Padmadinata, Kamis (3/6) di Bandung, mengatakan, tingkat konsumsi unggas lokal akan diupayakan menjadi 25 persen. Rendahnya konsumsi unggas lokal dicontohkan dengan konsumsi ayam buras atau kampung.
"Setiap tahun hanya sekitar 31.000 ton daging ayam buras yang dikonsumsi. Sangat jauh dibandingkan konsumsi daging ayam ras atau negeri sekitar 371.000 ton," ujarnya.
Menurut Koesmayadie, Jabar sangat berpotensi sebagai provinsi yang mampu menyiapkan stok pangan protein hewani. Populasi ayam buras Jabar hingga tahun 2008 sebanyak 27,26 juta ekor atau memberikan kontribusi terhadap angka nasional sebesar 9,5 persen.
"Angka tahun 2009 belum keluar. Adapun populasi itik pada tahun 2009 sebanyak 7,96 juta ekor atau 21,88 persen dari jumlah nasional," katanya.
Ketua Umum Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia Ade M Zulkarnain mengatakan, setiap tahun penduduk Indonesia mengonsumsi 2,1 juta ton daging dan 60 persen di antaranya adalah unggas. Meski demikian, konsumsi unggas lokal masih dianggap sangat kecil.
"Setiap tahun 1,4 juta ton daging unggas dimakan dan 1,1 juta ton di antaranya adalah ayam ras. Memang menyedihkan, konsumsi ayam lokal hanya 300.000 ton," katanya. Ade menuturkan, unggas lokal harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Harus ditingkatkan
Konsumsi unggas lokal harus ditingkatkan. Meski demikian, konsumsi unggas lokal sebesar 100 persen dianggap tidak mungkin. "Soalnya, teknologi peternakan unggas lokal jauh lebih rendah dibandingkan usaha modern. Adapun usaha modern lebih banyak usaha beternak ayam ras," katanya.
Jika tingkat konsumsi lebih dari 25 persen, populasi unggas lokal diperkirakan akan berlebihan sehingga keuntungan penjualan justru menurun. Ade mengatakan, harga ayam kampung di tingkat peternak Rp 25.000 per kilogram atau lebih mahal daripada ayam ras seharga Rp 11.000 per kg. Harga ayam kampung di pasar lebih mahal lagi, yaitu Rp 45.000 per kg. (bay)
Sumber : Kompas