DIALOG INTERAKTIF : Keamanan Pangan pada Produk Susu dan Makanan Bayi
Informasi yang tidak utuh mengenai Enterobacter sakazakii membuat masyarakat resah. Tidak sedikit para Ibu memilih untuk menghentikan asupan susu formula demi kesehatan bayinya. Hal ini menyusul adanya temuan tim peneliti Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor mengenai cemaran Enterobacter sakazakii pada susu formula dan makanan bayi. Dalam penelitian yang dilakukan pada bulan April-Juni 2006 dihasilkan 22,73% dari 22 sampel susu formula dan 40% dari 15 sampel makanan bayi yang beredar terkontaminasi bakteri Enterobacter sakazakii.
Menyikapi kondisi ini maka mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor mengadakan dialog interaktif dengan tema Keamanan Pangan pada Produk Susu dan Makanan Bayi. Kegiatan ini diadakan padat tanggal 5 April 2008 di Bogor. Tujuan kegiatan ini berupa meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai dampak bahaya Enterobacter sakazakii pada susu formula dan makanan bayi serta membangun forum yang dinamis dalam berdiskusi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya keamanan pangan pada susu dan makanan bayi.
Dialog interaktif diisi oleh tujuh narasumber yang terdiri dari tiga pemakalah yaitu Dr. drh. Sri Estuningsih, MSi (peneliti Enterobacter sakazakii), Prof. Dr. drh. Mirnawati Sudarwanto, MSc (ahli higiene pangan dan kesehatan masyarakat veteriner), Dr. Ir. Ratih Dewanti, MSc (ahli ilmu pangan), dan empat panelis yaitu Indah Suksmaningsih (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia/YLKI), Chusosi Sakur, SH (Badan Pengawas Obat dan Makanan/BPOM), Tetty Jumala (Gabungan Organisasi Wanita Kota Bogor) dan Elly Sofyan (Persatuan Istri Dokter Hewan Indonesia). Dialog interaktif ini dipandu oleh drh. Agus Jaelani (Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies/CIVAS).
Dalam presentasinya Dr. drh. Sri Estuningsih membawakan makalah dengan judul ”Cemaran Bakteri Enterobacter sakazakii pada Produk Susu Formula Infan dan Makanan Bayi, Prof. Dr. drh. Mirnawati Sudarwanto menyampaikan makalah dengan judul ”Bahaya-Bahaya Biologis dan Kimiawi pada Susu Bubuk Formula Bayi” dan Dr. Ir. Ratih Dewanti, MSc menyampaikan makalah dengan judul ”Keamanan Pangan: Bagaimana Mengevaluasinya?”.
Dr. drh. Sri Estuningsih menyampaikan bahwa Enterobacter sakazakii dapat menyebabkan meningitis, encephalitis, dan necrotizing enterocolitis. Bayi yang berisiko terinfeksi adalah bayi yang berusia kurang dari satu tahun, berat badan bayi kurang dari 2,5 Kg dan bayi yang lahir prematur. Hasil dari penelitian yang dilakukannya dimaksudkan untuk memberikan masukan kepada pemerintah akan kebijakan yang diambil kedepan berkaitan dengan keamanan produk susu formula dan makanan bayi. Selain itu beliau juga menghimbau kepada masyarakat agar tidak khawatir dengan hal ini, sepanjang dalam penyajian susu formula dilakukan dengan benar maka aman dikonsumsi oleh bayi (anak-anak). Menurut Indah Suksmaningsih sampai saat ini belum ada standar di Indonesia maupun dunia Internasional mengenai kandungan Enterobacter sakazakii dalam susu formula. Untuk itu temuan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam membuat standar tersebut.
Chusosi Syakur dari Badan POM menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan pengujian terhadap 96 merk susu formula yang beredar di pasar dan hasil pengujian tersebut menunjukkan tidak ada cemaran bakteri Enterobacter sakazakii pada susu formula yang sekarang beredar di pasar. Untuk itu pihaknya menghimbau agar masyarakat tidak khawatir.
Dialog interaktif menghasilkan kesimpulan yaitu, pertama air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi, kedua susu formula bukan produk steril sehingga perlu penanganan yang benar dalam penyajiannya agar dapat mengeliminir keberadaan Enterobacter sakazakii dalam susu yang akan dikonsumsi, ketiga pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat berkaitan dengan keamanan pangan, keempat kerjasama semua stakeholders (lintas sektoral) dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan berkaitan dengan keamanan pangan, dan kelima pemerintah harus fokus dalam menjamin keamanan pangan.
Dialog interaktif dihadiri oleh berbagai pihak yaitu akademisi, pemerintah, swasta, dan masyarakat umum.
By : AJ