kamis, 13 Agustus 2009      Login | Register

Kondisi Warga Terduga Antraks Membaik

Sungguminasa - Kondisi kesehatan 11 warga yang terduga (suspect) antraks di Dusun Maccini Dalle, Desa Moncongloe, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, berangsur membaik. Namun hingga Kamis (11/6), tes darah Balai Laboratorium Kesehatan Sulawesi Selatan belum rampung sehingga 11 warga itu masih berstatus terduga. Kepala Puskesmas Manuju, Herni Hamid, menjelaskan, kondisi 11 warga terduga antraks membaik setelah diobati di puskesmas. “Mereka awalnya mengalami pegal, diare, dan demam. Sesudah diberi obat, kondisi mereka membaik,” kata Herni.

Sebelas warga Dusun Maccini Dalle, Desa Moncongloe, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, mengalami demam, mual, dan gatal-gatal sehingga ditetapkan sebagai terduga antraks. Di dusun itu pun 19 hewan ternak yang mati mendadak dipastikan terkena antraks (Kompas 11/6).
Beberapa warga Dusun Maccini Dalle, Kamis, menuturkan, salah satu daging kuda yang positif terserang antraks dikonsumsi ratusan warga pada 3 Juni. Saat itu kuda Daeng Kila yang sekarat disembelih dan jeroannya dibagikan kepada warga Dusun Maccini Dalle. Dagingnya dijual di Sungguminasa, Kabupaten Gowa.
Salah seorang warga Dusun Maccini Dalle yang bernama Daeng Senga (45) mengatakan, keluarganya juga menerima pembagian jeroan kuda milik Daeng Kila. “Daging itu dimasak karunrung. Banyak yang memakannya. Saya sekeluarga memakannya, kecuali anak bungsu saya. Tetapi kami sekeluarga sehat-sehat saja,” tutur Daeng Senga. Dia tidak menjadi terduga antraks.
Petugas surveillance Puskesmas Manuju, Adwiyah, menyatakan, pihaknya berhasil mengidentifikasi 105 keluarga yang menerima pembagian jeroan kuda itu. “Jumlah yang mengonsumsi memang banyak, sekitar 150 orang. Semuanya sudah diketahui dan kami pantau kondisi kesehatannya,” kata Adwiyah.
Ia menjelaskan, pihaknya telah mengumpulkan seluruh warga Dusun Maccini Dalle. “Kami sudah menjelaskan dengan rinci, gejala klinis apa saja yang akan dialami warga yang tertular antraks. Seluruh warga yang diperkirakan terpapar antraks juga sudah diobati, termasuk 11 terduga yang memang mengonsumsi daging kuda yang positif antraks itu,” ujar Herni.
Sekretaris Desa Moncongloe Bachri Yusuf Daeng Tinri menjelaskan, kasus 19 hewan ternak sakit atau mati mendadak terjadi sejak Maret. Kasus pertama terjadi 19 Maret, saat seekor sapi meninggal. Pada April dan Mei terus terjadi kematian sapi, kuda, dan kerbau serta terakhir kuda mati 30 Mei lalu.
Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Gowa Arifuddin Saeni menyebutkan, instansi teknis juga mewaspadai penyembelihan hewan ternak, seperti sapi, kuda, kerbau, untuk hajatan pesta pernikahan di pedesaan. Penyediaan daging ternak untuk hajatan pernikahan, yang dilakukan dengan menyembelih sendiri, diduga luput dari pantauan petugas. (ROW/NAR)

Sumber : Kompas