kamis, 13 Agustus 2009      Login | Register

WHO: Pandemi Flu Babi Pertama setelah 41 Tahun

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah memberitahukan kepada negara anggotanya bahwa pandemi flu babi akan dideklarasikan pada hari Kamis seiring dengan meningkatnya jumlah kasus yang terjadi di Amerika Serika, Eropa, Australia, America Selatan, dan negara-negara lainnya. Hal ini merupakan epidemi flu global pertama setelah 41 tahun.
Dalam sebuah pernyataan kepada negara-negara anggotanya, WHO menyatakan telah memutuskan untuk meningkatkan tingkat peringatan pandemi dari fase 5 ke 6 yang merupakan tingkat peringatan tertinggi, setelah mengadakan rapat darurat dengan komisi ahlinya terkait flu babi.

Keputusan pandemi yang sudah lama ditunggu ini merupakan konfirmasi ilmiah bahwa virus flu baru telah muncul dan dengan cepat telah menyebar ke seluruh dunia. Hal ini akan memicu perusahaan pembuat obat untuk mempercepat produksi vaksin flu babi dan mendorong pemerintah di seluruh dunia untuk mengucurkan lebih banyak dana dalam usaha menanggulangi virus ini.
“Pada tahap awal ini, pandemi dapat secara global disebut bersifat moderat dalam tingkat keparahan,” kata WHO dalam pernyataannya, mendorong negara-negara agar tidak menutup perbatasan atau membatasi perjalanan dan perdagangan. “Kami sedang berkomunikasi erat dengan para pembuat vaksin influenza.”
Pada hari Rabu, WHO menyatakan bahwa 74 negara telah melaporkan hampir 27,737 kasus flu babi termasuk 141 kematian.
WHO telah menegaskan bahwa sebagian besar kasus bersifat ringan dan tidak memerlukan perawatan, tetapi kekhawatiran bahwa serangkaian infeksi baru dapat membanjiri rumah sakit dan membuat petugas kesehatan kerepotan, terutama di negara-negara berkembang.
Sama seperti sebelumnya, setengah dari mereka yang meninggal akibat flu babi merupakan mereka yang muda dan sehat. Mereka adalah golongan masyarakat yang biasanya tidak rentan terhadap flu.
Flu babi juga masih terus menyebar meskipun sudah memasuki awal musim panas bagi belahan bumi bagian utara. Biasanya, virus flu menghilang seiring dengan memanasnya suhu, tetapi flu babi tampaknya dapat bertahan.
Pandemi yang terakhir, flu Hongkong pada tahun 1968, telah membunuh sedikitnya 1 juta orang. Flu biasa membunuh sekitar 250,000 sampai 500,000 orang setiap tahunnya.
Banyak ahli kesehatan menyatakan bahwa pengumuman pandemi oleh WHO seharusnya dilakukan beberapa minggu yang lalu tetapi WHO tertahan oleh masalah politik. Pada bulan Mei, beberapa negara meminta WHO untuk tidak mendeklarasikan pandemi karena khawatir akan menyebabkan kekacauan sosial dan ekonomi.“Jadi sekarang WHO akhirnya dapat bertindak sesuai fakta yang ada,” kata Micheal Osterholm, pakar flu dari University of Minnesota yang merupakan penasihat bagi pemerintah AS terkait persiapan pandemi.
Meskipun WHO berharap sebaliknya, menaikkan peringatan epidemi ke tingkat tertinggi hampir dipastikan akan menyebabkan panik terkait penyebaran flu babi.
Ketakutan sudah menyelimuti Argentina dimana ribuan warganya khawatir bahwa flu babi akan membanjiri rumah sakit-rumah sakit di sana dalam minggu ini dan menyebabkan kolapsnya pelayanan kesehatan darurat di ibukota Buenos Aires. Minggu lalu sebuah bis yang datang ke Argentina dari Chile dilempari batu oleh orang-orang yang menyangka bahwa seorang penumpang bis tersebut menderita flu babi. Chile mempunyai kasus flu babi terbanyak di Afrika Selatan.
Pada hari Kamis, pemerintah Hongkong telah meliburkan semua Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar selama dua minggu setelah belasan anak teruji positif flu babi - sebuah tindakan yang menurut beberapa pakar flu dianggap berlebihan.
Di Amerika Serikat dimana sudah ada lebih dari 13,000 kasus flu babi dengan setidaknya 27 kematian, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (US CDC) menyatakan bahwa deklarasi tersebut tidak akan mengubah cara AS menangani flu babi.“Tindakan yang kami ambil dalam sebulan belakangan ini sudah didasarkan pada kondisi seolah-olah pandemi sudah terjadi di negara ini,” kata Glen Nowak, juru bicara CDC, Kamis.
Pemerintah AS sudah mengambil beberapa langkah seperti meningkatkan ketersediaan obat-obatan untuk menanggulangi flu dan mengucurkan dana 1 milyar dollar untuk pengembangan vaksin baru terhadap virus ini. Selain itu, kasus-kasus baru juga tampaknya mulai menurun di beberapa bagian dalam negara tersebut, kata pejabat kesehatan AS, seiring dengan mulai berlalunya musim flu di musim dingin di Amerika Utara.
Namun tetap, Osterholm menyatakan bahwa deklarasi tersebut merupakan peringatan untuk dunia.“Saya rasa banyak orang yang berpikir kita sudah selesai dengan flu babi, tetapi kita tidak boleh lengah,” katanya. “Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam 6 sampai 12 bulan mendatang.”
 

Sumber : The Associated Press