Jumat, 11 Maret 2011      Login | Register

V. Penanganan Penyakit

5.1   Pencegahan

Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara pengendalian populasi lalat. Pencegahan terhadap masuknya hewan yang terinfeksi ke dalam populasi atau daerah yang belum pernah terinfeksi juga harus dilakukan. Tindakan desinfeksi tidak serta merta mencegah penularan penyakit karena pada prinsipnya penularan agen T. evansi terjadi melalui gigitan lalat.
Vaksinasi sebagai upaya pencegahan penyakit belum dapat dilakukan karena hingga saat ini belum tersedia vaksin trypanosomiasis. Hal ini berkaitan dengan kemampuan trypanosoma mengubah variasi glikoprotein permukaan (variable antigenic type/VAT) dalam waktu yang singkat (OIE, 2009) sehingga dapat menghindari respon imunitas tubuh.
5.2   Pengendalian dan Pemberantasan
Wabah surra apabila tidak dapat dikendalikan akan berakibat pada penurunan produktifitas ternak potong dan perah sehingga menyebabkan kerugian ekonomi yang besar. Pengendalian T. evansi sepertinya masih banyak tergantung pada kemoterapi dengan penggunaan sediaan obat walaupun telah dilaporkan adanya resistensi. Ke depan diperlukan kajian tentang ekologi vektor yang dapat digunakan sebagai bagian dari pendekatan integral dalam pengendalian vektor. Sebagaimana telah diketahui bahwa ada keterkaitan antara peningkatan populasi lalat dan terjadinya wabah Surra. Dalam pengendalian populasi vektor, insektisida umum digunakan, bahkan telah dikembangkan metode baru dengan melepaskan lalat pejantan yang steril (sterile insect technique/SIT) untuk menekan populasi lalat.
Pemberantasan penyakit Surra melalui strategi pemusnahan penyakit dilakukan dengan cara stamping out (pemusnahan) selektif misalnya pemotongan hewan terinfeksi ; tindakan karantina dan pembatasan lalu lintas ternak di daerah wabah untuk mencegah penyebaran penyakit ; pelacakan (tracing) dan surveilans untuk mengetahui sumber infeksi dan perluasan wabah penyakit ; pembagian wilayah (zoning) sehingga dapat ditetapkan daerah tertular wabah dan daerah bebas dimana hal ini akan berguna untuk kepentingan perdagangan ; serta kampanye/sosialisasi sehingga dapat menjembatani kerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat umum.
Dalam hal public awareness, pesan-pesan yang dapat disampaikan antara lain sejarah panjang wabah surra pada daerah endemik yang menunjukkan bahwa manusia bukan inang yang rentan terinfeksi, pentingnya laporan kasus dan penyidikan pada hewan yang diduga terinfeksi,  perlunya kerjasama pada saat dilakukan program surveilans dan pembatasan lalu lintas ternak,  melakukan tindakan yang dapat mengurangi resiko infeksi penyakit Surra misalnya menghindari gigitan lalat Tabanus dengan tidak mengeluarkan/menggembalakan ternak di siang hari dan melakukan pengiriman ternak pada malam hari, pada kondisi yang memaksa populasi kecil hewan liar dapat dimusnahkan untuk menyelamatkan  populasi yang lebih besar.
5.3   Pengobatan
Sediaan diminazene (Surravet, Ganaseg, Berenil) banyak digunakan dalam pengobatan penyakit Surra, namun infeksi masih dapat muncul pasca pengobatan. Sediaan lain seperti isometamidium chloride (Samorin) mampu mengurangi sirkulasi parasit (parasitemia) pada sapi dan kerbau.
Sediaan suramin (Naganol, Antrypol) dianggap sebagai drug of choice dalam terapi penyakit Surra sehingga, di Indonesia misalnya, akibat penggunaan yang luas dan dalam waktu yang lama telah dilaporkan terjadinya resistensi terhadap suramin. Selain pada hewan, suramin juga digunakan dalam pengobatan pada pasien manusia. Sediaan suramin yang diberikan secara intra vena selama lima minggu (Powar RM et al., 2006) terbukti efektif dimana parasit tidak ditemukan dalam sirkulasi darah (parasitemia negatif) serta diikuti dengan perbaikan kondisi pasien.
Obat lain yang tergolong jenis baru untuk terapi penyakit Surra adalah cymelarsan dan melarsomine. Percobaan yang dilakukan di Balai Penelitian Veteriner-Bogor untuk mengevaluasi kerja obat cymelarsan membuktikan bahwa obat tersebut efektif mengatasi infeksi T. evansi pada sapi dengan dosis rata-rata 0,75 mg/kg (Payne et al., 1994),  tetapi belum terbukti pada ternak selain sapi dan kerbau.

Pada penggunaan secara injeksi intra muskular, sediaan melarsomine cepat diserap tubuh dan dalam waktu 6 jam tidak ditemukan sirkulasi obat ini dalam darah. Penggunaan melarsomine pada ternak dapat ditoleransi dengan baik dan obat ini merupakan obat yang paling aman digunakan pada kuda secara intra muskular (Wernery et al., 2001).