Sabtu, 26 Juni 2010      Login | Register

Komisi Eropa Beri Dana Hibah, Depkes Luncurkan Program Flu Burung

Virus Flu Burung Tambah Ganas
JAKARTA, KOMPAS – Departemen Kesehatan, Rabu (30/1), meluncurkan program terkait rencana strategi nasional untuk pengendalian flu burung di Indonesia. Proyek ini bertujuan mencegah meluasnya penularan flu burung pada manusia dan meningkatkan kesempatan hidup pasien yang terinfeksi virus itu.
Proyek “Implementasi Rencana Strategi Nasional untuk Pengendalian Flu Burung” adalah kerja sama antara Komisi Eropa (Commission of the European Community/EC) dan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Perjanjian mulai 13 Desember itu akan berjalan tiga tahun dengan danan 13,5 juta euro (132,3 milliar).

Dengan WHO sebagai pengelola proyek, mitra utama pelaksanaan proyek ini adalah Depkes dan Komnas Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (FBPI). Depkes dan FBPI juga akan memiliki wakil dalam dewan pengarah untuk memantau dan mengawasi proyek bernama INSPAI ini.
Ada empat kelompok kegiatan proyek ini, yakni peningkatan manajeman klinis, khususnya di rumah sakit (6,85 juta euro), surveilans (2,3 juta euro), perilaku sehat (1,8 juta euro) serta lebih mendalami virus H5N1 (718.000 euro). “Kami yakin proyek ini dapat meningkatkan upaya pengendalian flu burung,” kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes Nyoman Kandun di Jakarta, kemarin.
Wakil EC Pierre Phillipe menyatakan, sejak tahun 2006, untuk pengendalian flu burung secara global, EC telah mengalokasikan 245 juta euro dan negara-negara Uni Eropa telah mengalokasikan 168 juta euro. EC yakin, kerja sama masyarakat dunia, terutama Asia, harus dilanjutkan dan diperkuat. “Kami berharap dukungan EC bermanfaat bagi pelaksanaan strategi nasional pengendalian flu burung,” ujarnya.
Dr Salunke dari WHO menambahkan, pencegahan penularan flu burung pada manusia dapat dilakukan dengan terciptanya pasar tradisional lebih sehat serta kuatnya surveilans berupa pengumpulan, analisis, dan penyebaran data kesehatan. Riset perlu dikembangkan untuk lebih memahami virus flu burung serta diagnosis lebih cepat dan tepat agar kesempatan sembuh pasien meningkat.

Tambah ganas

Dalam kesempatan lain, Koordinator Senior Koordinasi Sistem Influenza untuk PBB David Nabarro menyatakan, meski angka kasus penularan flu burung pada manusia di seluruh dunia relatif kecil, semua pihak harus tetap mewaspadai ancaman pandemi influenza.
Apalagi, tambahnya, virus ini terus bermutasi dengan cepat dan bertambah ganas. “Kita harus lebih meningkatkan kemampuan riset untuk memahami bagaimana virus itu bermutasi,” ujarnya.
Salah satu tantangan dalam penanggulangan flu burung, lanjut Nabarro, adalah bagaimana mengendalikan penyebaran virus flu burung tanpa merugikan masyarakat miskin yang bergantung pada peternakan unggas untuk nutrisi keluarga dan penghasilan. “Perlu ada sistem kesehatan dunia yang terintegrasi antarnegara,” katanya.

Satu lagi korban
Menurut keterangan posko flu burung Depkes, jumlah kroban meninggal akibat flu burung mencapai 101 orang dari 124 kasus sehingga angka kematian (case fatality rate) 81,4 persen. Terakhir, Nas (32), warga Perumahan Medistrania, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten, yang dirawat di RS Persahabatan, Jakarta Timur, meninggal dunia.
Kejadian ini menunjukkan mendesaknya kebutuhan vaksin flu burung yang efektif dan aman pada unggas dan manusia. Ketua Pelaksana Harian Komnas FBPI Bayu Krisnamurthi mengatakan, saat ini ada indikasi, vaksin flu burung yang digunakan pada peternakan unggas di Indonesia tidak lagi efektif karena virus itu terus bermutasi.
Sementara vaksin flu burung untuk manusia belum ditemukan. Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dalam rapat kerja Komisi IX DPR, Selasa lalu, yang sudah ada dan digunakan di Indonesia adalah vaksin influenza musiman yang berbeda subtipenya dengan virus flu burung.
Semula Pemerintah Indonesia akan bekerja sama dengan Baxter, produsen vaksin ,tetapi terhenti karena pihak Baxter mensyaratkan Pemerintah Indonesia bertanggung jawab penuh jika suatu saat terjadi reaksi samping dari vaksin. (EVY)
Sumber : Kompas