Vets for a Better Life
Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies
Thursday, 28 March 2024
Jembrana (Heru, 2011)
Sumber: Heru (2011)

37 Sapi di Kecamatan Pubian Lamteng Mati, Peternak Rugi Ratusan Juta

Kamis, 10 Januari 2019

Gunung Sugih, Lampung Tengah − Sebanyak 37 ekor sapi di Kecamatan Pubian mati sejak akhir Desember 2018 lalu hingga Kamis (10/1/2019). Dinas Peternakan dan Perkebunan (Disnakbun) Lampung Tengah menduga, binatang ternak itu mati karena terserang penyakit Jembrana dan Septicemia Epizootica (SE).

Wasito, Kepala Seksi (Kasi) Kesehatan Hewan Disnakbun Lampung Tengah mengatakan, awalnya mendapat laporan masyarakat ada empat ekor sapi mati karena sakit terhitung 21-31 Desember 2018.

“Awalnya ada laporan masyarakat ada 4 sapi mati karena sakit. Kemudian 1 Januari 2019 ad 15 ekor sapi bali sakit. Delapan ekor dipotong karena sakit dan tujuh ekor mati. Kita turun ke lapangan untuk memastikan penyebab sapi sakit dan mati. Kita lakukan uji laboratorium terhadap lima sapi yang mati di Kampung Negeri Kepayungan di laboratorium Balai Veteriner Bandar Lampung,” katanya (10/1).

Wasito menyatakan hasil pemeriksaan jenis penyakit dari sampel yang diambil bermacam-macam. “Kita cek penyakit antraks, jembrana, virus Bovine Virral Diarrhea (BVD), brucellosis, dan septicemia epizootica. Hasilnya ada yang positif-negatif jembrana dan septicemia epizootica. Kita berikan suntikan vitamin, antibiotik, dan lakukan sanitasi kandang,” ujarnya.

Menurut Wasito, penyakit Jembrana mudah menyerang sapi melalui pakan, udara, ingus, urin dan kotoran. Untuk itu, pihaknya akan terus melakukan penilaian pengawasan hewan ternak khususnya terhadap ternak yang ada di kampung lain.

“Kita akan memantau terus kesehatan hewan ternak khususnya lintas kampung. Kita belum menjadikan matinya sapi sebagai kejadian luar biasa (KLB) karena masih terjadi di satu kampung saja,” imbuhnya.

Wasito mengatakan, pihaknya sudah memberi suntikan vitamin, antibiotik, dan lakukan sanitasi kandang serta mencegah interaksi dengan sapi dari luar Kampung Negeri Kepayungan.

Toni, seorang peternak sapi mengatakan, sapi yang mati rata-rata gejalanya tidak mau makan. Setelah itu, berat badan sapi menurun dan mati dalam hitungan hingga beberapa hari. Awalnya peternak mengira itu gejala sakit hewan biasa.

“Saya mendapat kabar kalau dalam satu hari di satu kejadian hingga lima ekor sapi mati. Banyak peternak menduga hanya sakit biasa, atau sapi mengalami diare karena salah memakan rumput,” katanya.

Adapun jenis sapi yang mati dan terserang penyakit adalah jenis Bali. Untuk mencegah kematian lebih banyak imbuhnya, petani memotong ternak mereka. Kerugian total yang dialami lanjutnya mencapai hingga ratusan juta rupiah.

Camat Pubian Zulkarnain menjelaskan, hasil laporan kepala kampung 31 ekor sapi yang mati karena sakit. Ia baru akan memastikan hasil jumlah sapi yang mati setelah mendapatkan laporan kembali dari Disnakbun Lamteng.

“Kalau laporan Kakam sementara ini sudah 31 ekor mati. Penyebab sakit hingga mati belum saya terima apa penyebabnya. Tapi sudah saya imbau jika mendapati lagi sapi warga yang mati supaya melapor untuk dilakukan pendataan,” ujarnya.

Zulkarnain menyatakan, merujuk laporan, dugaan awal banyak sapi warga yang mati dikarenakan ada seorang warga yang membeli sapi dari luar kampung. Diduga sapi warga tersebut menularkan penyakit ke sapi milik warga lain di Kampung Negeri Kepayungan. (Syamsiralam | Ed. Martin Tobing).

 

Sumber: Tribun Lampung

Tinggalkan Balasan

Anda harus masuk log untuk mengirim sebuah komentar.

37 Sapi di Kecamatan Pubian Lamteng Mati, Peternak Rugi Ratusan Juta

by Civas time to read: 2 min
0