Vets for a Better Life
Pengamat kesehatan hewan internasional Tri Satya Putri Naipospos menduga kejadian masuknya PMK memiliki keterkaitan dengan beberapa negara di Asia Tenggara yang melaporkan adanya peningkatan kasus PMK. “Serotipe O, khususnya lineage Ind2001e merupakan yang dominan dalam beberapa tahun terakhir,” jelas Tri Satya di Jakarta, Selasa (24/5).
Saat wabah penyakit mulut dan kuku atau PMK berjangkit hebat di Inggris pada 2001, gambar dimana sekitar 6 juta bangkai ternak dilempar ke dalam lubang, mendapatkan perhatian besar dunia. Peristiwa ini membawa kita lebih dekat dengan kenyataan bahwa bukan tak mungkin kita juga berurusan dengan penyakit ternak sangat menular ini.
“Kembali mewabahnya PMK di Indonesia merupakan kerugian besar, biaya mengeradikasi PMK masa lalu menghabiskan ratusan miliar rupiah. Perlu 100 tahun Indonesia membebaskan diri dari PMK sampai didapat pengakuan dunia.”
Setelah 32 tahun Indonesia bebas dari penyakit mulut dan kuku, penyakit virus pada hewan itu datang kembali ke Tanah Air. Penyakit ini ditemukan di daerah. Kabar itu pertama kali muncul dari beredarnya surat Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur Indyah Aryani kepada Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, 5 Mei 2022. Indyah melaporkan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang dimulai 27 April 2022 di Kabupaten Gresik pada 402 sapi potong. Hingga 3 Mei 2022, PMK dilaporkan menyerang 1.247 sapi potong di Gresik, Lamongan, Sidoarjo, dan Mojokerto.
Jakarta – Sebanyak 1.247 ekor sapi di Kabupaten Gresik, Lamongan, Sidoarjo, dan Mojokerto, Jatim dilaporkan terjangkit wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Kejadian ini mengembalikan Indonesia sebagai negara yang tidak lagi bebas PMK. Indonesia diakui oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia atau OIE sebagai negara bebas penyakit ini sejak 1990.
Bogor – Pada hari Selasa, 24 Maret 2022, Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies (CIVAS) mendapatkan kehormatan untuk menerima kunjungan Dr. Mark Schipp, Australian Chief Veterinary Officer (CVO) dan sekaligus President OIE Assembly. Kedatangan Dr. Schipp didampingi oleh Dean Merrilees, Minister Counsellor (Agriculture) dan Dane Roberts, Counsellor (Agriculture) dari Kedutaan Besar Australia.
“Lumpy skin disease (LSD) penyakit yang sangat sulit diberantas. Penyakit ini menyebar cepat ke seluruh dunia. Meski tak menyebabkan penyakit pada manusia, LSD jadi gangguan nyata pembangunan peternakan di banyak negara.”
Hasil surveilans Kementerian Pertanian mengungkap penggunaan antibiotik di peternakan berkaitan dengan kejadian resistansi antimikroba. Penggunaan antibiotik di peternakan harus dikurangi untuk menurunkan risiko AMR.
Singgih mengutarakan penelitian tersebut dapat menciptakan stigma semua peternak menggunakan antibiotik. Padahal, jelasnya, masih banyak peternak yang tidak menggunakan antibiotik sesuai arahan Kementerian Pertanian. Larangan penggunaan antibiotik baik pada pakan maupun pada manajemen pemeliharaan ayam, terang Singgih, telah dilaksanakan dan ditaati secara seksama oleh peternak.
Tata menuturkan, kejadian antimicrobial resistance (AMR) yang di dalamnya termasuk resistansi antibiotik pada peternakan, dipicu antara lain oleh penggunaan antibiotik yang berlebih di peternakan unggas. “Kalau saya bilang terjadi di sini juga yang namanya overuse. Karena selama puluhan tahun kita terbiasa dengan penggunaan antibiotik pemacu pertumbuhan itu, antibiotic growth promoter (AGP) ya,” katanya.
“Jumlah korban kematian akibat pandemi global Covid-19 terpapar dengan jelas di depan mata kita, tetapi ada pandemi lain yang akan berakhir sama dahsyatnya apabila tidak diatasi sejak awal.”
Penularan resistensi antibiotik lewat rantai pangan saat ini semakin meningkat dan berada pada tingkat yang mengkhawatirkan. Pangan berperan penting dalam pengembangan dan penyebaran resistensi antibiotik. Lingkungan pengolahan pangan dapat bertindak sebagai area berisiko yang berpotensi untuk perkembangbiakan dan penyebaran bakteri resisten antibiotik.
Lembata – Sebanyak 365 ekor babi di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur mati terserang virus African Swine Fever (ASF). Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Lembata, Kanisius Tuaq (10/1) mengatakan, sampai tanggal 7 Januari sebanyak 365 ekor babi mati. Lembata – Sebanyak 365 ekor babi di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur mati terserang virus African Swine Fever (ASF). Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Lembata, Kanisius Tuaq (10/1) mengatakan, sampai tanggal 7 Januari sebanyak 365 ekor babi mati.