365 Ekor Babi di Lembata Terserang Virus ASF, Kerugian Capai Rp 1,2 Miliar
Minggu, 10 Januari 2021
Lembata – Sebanyak 365 ekor babi di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur mati terserang virus African Swine Fever (ASF). Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Lembata, Kanisius Tuaq, kepada media ini, Minggu (10/1) pagi mengatakan, sampai tanggal 7 Januari sebanyak 365 ekor babi mati.
Angka ini menurut Kanisius, terpantau dari para peternak yang datang melapor ke posko, sementara yang belum terpantau belum dihitung karena sedang dalam pendataan lapangan. Adanya virus ASF itu juga terkonfirmasi sejak adanya hasil uji sampel dari pemeriksaan Balai Besar Veteriner Denpasar (BBvet) tanggal 6 Januari 2021.
“Wilayah Lewoleba Kecamatan Nubatukan telah terkonfirmasi positif African Swine Fever atau Demam Babi Afrika sejak 6 Januari 2021”, terangnya. Namun, Kanisius menjelaskan juga bahwa, gejala awal munculnya virus ASF terpantau sejak tanggal 1 November hingga tanggal 21 Desember 2020. Barulah, lanjutnya, di tanggal 27 Desember 2020 pihaknya mengirim sampel ke Balai Veteriner Denpasar untuk periksa laboratorium dan setelah itu hasilnya positif ASF.
“Gejala awal tanggal 1 November 2020, lalu karena belum diketahui pasti maka berlanjut ke tanggal 22 Desember 2020 dan menjadi puncaknya. Baru di tanggal 27 Desember 2020 sampel dikirim ke Denpasar untuk diperiksa di laboratorium, kemudian hasilnya baru keluar tanggal 6 Januari 2021 kemarin dan positif”, ungkapnya.
Sementara itu, nilai kerugian akibat serangan virus ASF ini mencapai Rp 1.2 miliar. “Nilai kerugian rata-rata per ekor 3.5 juta kali 364 ekor sekitar 1.2 Miliar, sebutnya Kanisius. Menyikapi hal ini, Pemda Lembata melalui Dinas Peternakan gencar lakukan pencegahan dan pengendalian.
Untuk sekarang, pihaknya aktif melakukan edukasi dan pengumuman di media sosial. Selain itu, menurutnya, petugas Dinas Peternakan juga rutin melakukan pengobatan, vaksinasi ternak yang sakit berikut memperketat pengawasan lalu lintas ternak di setiap kecamatan dan pintu masuk.
Ia juga menghimbau agar, masyarakat tidak membawa ternak babi dan hasil olahan ternak babi (sate, babi, se’i babi, kecap babi, dll) ke luar kota Lewoleba. Untuk sementara, beberapa sampel darah dan organ babi tengah dikirim ke balai veteriner Denpasar untuk selanjutnya di uji laboratorium.
Dihubungi terpisah, Dokter Hewan Kabupaten Lembata, drh. Risma (10/1) membenarkan hal itu. Menurutnya, faktor penyebab kematian ratusan ekor ternak babi tersebut karena serangan virus ASF.
“Iya wilayah Lewoleba, Kecamatan Nubatukan telah terkonfirmasi Positif African Swine Fever/Demam Babi Afrika 6 Januari 2021”, ucapnya.
Sumber: Kumparan.com